Udah bayar Rp 100rb... duduk
doang ngedengerin seminar yg topiknya muter-muter... pulangnya kaga sempet beli
oleh-oleh... makan malem di KFC... #JAUH-JAUH KE BOGOR#
Itulah rangkuman perjalanan saya
di Bogor selama seharian. Tidak ada yang menarik. Untunglah di malam sebelum
keberangkatan, saya menyempatkan membeli buku yang niatnya akan saya habiskan
selama perjalanan, namun ternyata buku itu berhasil saya habiskan saat seminar
yang topiknya muter-muter sedang berlangsung.
Buku yang saat itu saya baca
berjudul Daun yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin karangan
Tere Liye. Menurut saya buku itu masih dalam kategori biasa saja, gak seru-seru amat. Disini saya bukan membahas tentang buku ini,
melainkan akan membahas salah satu makna tersirat dalam buku ini, yaitu
mengenai:
Jarak
Menurut definisi saya jarak
adalah sesuatu yang berada diantara sesuatu sehingga memisahkan sesuatu
(sesuatu sekali ya definisi saya). Intinya jarak adalah sesuatu yang
memisahkan.
Dalam buku ini diceritakan kisah
Tiana dan Danar yang terpisahkan karena jarak. Awalnya faktor tempat yang
membuat mereka terpisahkan, lalu lama kelamaan faktor perasaanlah yang membuat
jarak diantara mereka semakin lebar. Saya tidak bisa menggambarkan secara jelas
apa jenis perasaan yang membuat mereka terpisahkan, namun saya menggambarkannya
sebagai perasaan gengsi. Untuk lebih jelasnya silakan baca sendiri bukunya,
karena sekali lagi saya tekankan saya disini menulis untuk tidak membahas buku
ini.
Menurut saya jarak dalam suatu
hubungan tidaklah begitu berarti jika masing-masing individu berkomitmen yang
kuat untuk kembali, kembali untuk bertemu. Memang, terpisahkan karena jarak
adalah suatu yang berat dan merupakan tantangan yang besar dalam suatu
hubungan, namun sekali lagi komitmen saat kepergiaan seseorang sangat
menentukan apakah ia dapat berkumpul lagi dengan seseorang yang ditinggalkan. Tergantung...
tergantung ia berkomitmen:
Pergi untuk “pergi” dan “mungkin”
suatu saat akan kembali
Ataukah
Pergi untuk “kembali” dan “pasti”
suatu saat akan kembali
Saat ini saya menjalin hubungan
dengan seseorang. Tidak diragukan lagi, saya sayang kepadanya. Namun jika
dipikir-pikir ini adalah suatu hubungan yang mungkin terancam dengan “jarak”
dalam prosesnya. Kami berkuliah di Universitas yang sama, namun berbeda
fakultas, jenjang, dan bidang ilmu. Hmmm tantangan yang cukup besar menurut
saya.
Hubungan kami sejauh ini
baik-baik saya. Kami masih sempat bertemu setiap hari jika kami mau, tapi
apakah seiring berjalannya tahun keadaan akan masih tetap seperti ini?... saya rasa tidak. Kehidupan adalah
sesuatu yang dinamis.
Saat ini saja kami sudah
disibukan oleh urusan kuliah masing-masing dan tentunya semakin tinggi tingkat
yang kami jalani diperkuliahan berbanding lurus dengan jarak diantara kami
berdua. Belum lagi godaan sana-sini.. yaaa u know lah.
Saat ini saya berada di tingkat
tiga perkuliahan sedangkan ia berada di tingkat dua. hanya berbeda satu tingkat
memang, namun percayalah itu merupakan tantangan yang sangat besar. Apapun tantangannya
yang ditimbulkan oleh “jarak” diantara kami, saya akan tetap selalu berkomitmen
:
““Pergi untuk “kembali” dan “pasti”
suatu saat akan kembali “”
Ditingkat perkuliahan yang lebih
tinggi lagi, saya akan menjalani KKN (Kuliah Kerja Nyata), Job Training, dan
entah siapa yang akan lulus duluan. Ia juga begitu, semakin tinggi perkuliahan
ia akan mengalami hal yang sama, namun waktunya saja yang tidak bersamaan
dengan saya... hmmm jarak oh jarak.. tantangan oh tantangan.
Pasti akan banyak hal-hal yang
terjadi di tahun-tahun berikutnya...
Semoga Tuhan selalu menjaga niat
saya ini. Amin...
“merasakan betapa nyaman memiliki
seseorang yang memperhatikan dan melindungimu. Seseorang” -Tere Liye-
0 komentar:
Posting Komentar