Menelusuri Semenanjung Malaya -Part III : Menyelami Jejak Masa Lalu di Kota Melaka-

Minggu, 04 Juni 2023

 Baca juga :

Part II : Menikmati Teriknya Pulau Penang

 

    

BEAUTIFULL VIEW FROM MELAKA STRAIT MOSQUES=

4 Juni 2019, adalah hari ketiga semenjak kami pertama kali datang di Semenanjung Malaya. Di hari ketiga ini kami sepakat untuk mengunjungi Kota Melaka yang terletak 150 KM dari Kuala Lumpur, kami berangkat dari TBS menggunakan bis. Tepat pukul 2 siang kami tiba dari Melaka setelah menempuh perjalanan dari Kuala Lumpur

 

Kota Melaka adalah satu kota di dunia yang oleh UNESCO ditetapkan sebagai kota warisan dunia  ( World Heritage), Jika mengunjungi Malaysia, Kota Melaka adalah salah satu kota yang sebaiknya ada juga kunjungi karena selain menarik, dari Melaka kita bisa belajar sejarah karena Melaka mempunyai sejarah yang sangat panjang, dari jaman kesultanan, hingga masa kolonial Portugis hingga Belanda.  

Saat menginjakan di Kota ini, saya seperti terbawa ke masa lalu. Berbagai macam bangunan tua yang ada disini masih terjaga kelestariannya. Tata kota Melaka juga tak kalah memikat kami, dengan kanal yang membelah kota dengan pedestrian tepi kanal yang indah membuat kami ingin menelusuri kota dengan berjalan kaki.

 

Dari terminal Melaka kami meuju pusat kota dengan menggunakan taksi online, bangunan pertama yang kami tuju adalah Bangunan Gereja yang dicat merah bergaya arsitektur Eropa. Diatas pilar gereja  tersebut tertulis “Christ Church Melaka 1753” yang menandakan bangunan gereja ini dibangun pada tahun 1753, sayangnya kami tidak masuk kedalam bangunannya. Lokasi Christ Church berada di seberang Jembatan Jonker Street.

 



Masih di satu area dengan Gereja Melaka terdapat bangunan yang dinamakan The Stadthuys. Dibangun antara tahun 1641 dan 1660 ,   Stadthuys yang berarti balai kota,  Sejak selesai dibangun hingga 1980. Stadthuys digunakan sebagai pusat administrasi pemerintahan, barulah pada tahun 1982 beralih fungsi menjadi museum sejarah yang memamerkan sejarah Melaka dari mulai Kesultanan Melayu sampai penjajahan Portugis, Belanda hingga Inggris.

 

Di seberang The Stadthuys adalah Jonker Street yang tidak pernah sepi dari kunjungan turis, disana turis dapat menikmati kuliner khas Malaka, yang terkenal seperti bola nasi ayam, laksa, dan sebagainya. Disana juga terdapat cinderamata khas Melaka yang bisa kita beli. Saya sendiri membeli cokelat yang dijual di toko dengan gaya khas eropa yang terletak disana.

 

ST XAVIER CHRUCH

Sebelum sampai ke Jonker Street dari Stadhuys , kami menyebrangi Sungai Melaka. Wisata sungai Melaka dikenal dengan Mallaca River Cruise yang dikedua sisi sungai terdapat jalan bagi pedestrian untuk melihat lebih banyak tertang area ini. Masih ditepian Sungai Melaka ada gereja dengan arsitertur Gothic, gereja ini bernama Gereja St Xavier dibangun pada pertengahan abad ke 19 menjadikan gereja ini adalah satu gereja yang paling tua di Melaka. Gereja ini menjulang tinggi dengan warna putih, sayangnya gereja ini tutup saat  kami mengunjunginya. Gereja St Xavier bisa dilihat lebih indah lagi jika dipandang dari Jembatan Chan Koon Cheng yang berada tidak jauh dari bangunan gereja.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     
Dari wisata sungai Melaka kami melanjutkan kunjungan kami menuju bangunan bersejarah lainnnya. Kami memutuskan untuk menuju A Famosa yang dapat ditempuh sekitar 800 Meter dengan berjalan kaki. A Famosa adalah benteng portugis. Benteng ini nerupakan salah satu sisa arsitektur bergaya
Eropa yang paling tua di Asia. Gerbang kecil yang disebut Porta de Santiago merupakan satu-satunya bagian benteng yang masih tersisa dari keseluruhan bangunan benteng. Dari sepanjang jalan menuju A Famosa dari Wisata Sungai Melaka kami menjumpai banyak bangunan museum, salah satu yang menarik perhatian kami adalah Museum Maritim Malaka.



FLOR DE LA MAR

Di Museum Maritim Malaka dapat dijumpai replika kapal laut milik bangsa Portugis bernama “Flor De La Mar”. Ukuran panjang kapalnya mencapai 36 meter, lebar 8 meter dan tinggi 34 meter. Berdasarkan catatan sejarahnya, Flor De La Mar merupakan kapal termegah pada masanya. Kapal ini dinahkodai oleh penjelajah terkenal Alfonso De'alberquerque dalam misinya menaklukan Melaka

 

Tidak jauh dari A Famosa terdapat reruntuhan gereja yang dibangun awal abad ke-16 pleh bangsa Portugis dalam misinya dalam melaklukan Malaka.  Reruntuhan gereja portugis terletak di atas bukit st.paul yang menjadikan titik ini menjadi salah satu vantage poit terindah untuk dapat melihat Kota Melaka dari ketinggian.

 

RUIN OF PORTUGUESE CHURCH IN ST PAUL'S HILL

Hari sudah menunjukan waktu petang, kami memutuskan untuk menuju destinasi terakhir kami di Melaka. Mesjid Selat Melaka menjadi tujuan kami, selain itu juga kami akan berbuka puasa di mesjid itu karena saat itu masih dalam suasana bulan suci Ramadan. Mesjid Selat Malaka berasitektur unik dan megah dengan hiasan lampu dengan warna dominan hijau yang semakin mempercantik bangunan mesjid ini. Mesjid ini dibangun diatas pinggir pantai yang semakin manambah keunikan mesjid ini. Saya sarankan datang ke mesjid ini menjelang senja karena pemandangan dari pelataran mesjid ini yang menghadap langsung ke selat melaka sangat mengagumkan.

MELAKA STRAIT MOSQUE


Menjelang kepulangan kami ke Kuala Lumpur kami juga mencicipi kuliner setempat. Kami memutuskan makan di Pak Putra Restaurant yang terletak di Jalan Laksamana 4, Melaka. Saya sangat merekomendasikan dari segi harga dan rasa.

 

Kami berencana pulang ke hotel tempat kami menginap di Kuala Lumpur malam itu juga, namun takdir berkata lain. Karena saat itu adalah malam sebelum hari raya Idul Fitri, maka bus  malam untuk hari itu ditiadakan. Terpaksa kami bermalam di terminal bus malaka, selain karena kami harus menaiki bus pertama esok hari. Rencana awalnya kami akan solat id di Mesjid Raya Kuala Lumpur saat hari raya namun sepertinya itu tidak bisa dilaksanakan, namun bermalan di terminal bus malaka menjadi satu pengalaman sendiri yang tidak akan kami lupakan.

 

Keesokan harinya kami tiba di Kuala Lumpur pada saat matahari sudahi terbit , seperti dugaan kami, kami melewatkan kesempatan untuk bisa solat hari raya. Sebagai gantinya pada hari itu kami tetap mengunjungi mesjid raya kuala lumpur dan pula melihat-lihat bangunan megah dan unik di pusat kuala lumpur.

 

MASJID RAYA KUALA LUMPUR

Masih ada satu destinasi kami sebelum kami menyudahi perjalanan kami di semenjung malaya. Malam harinya kami menuju terminal TBS untuk melanjutkan perjalanan kami ke Singapura dengan menggunakan bis

 

Bersambung…

 

Part IV : Semalam di Tumasik

0 komentar:

Posting Komentar