Perekonomian USR Melemah!!!

Minggu, 20 Oktober 2013
20 Oktober 2013 mungkin adalah salah satu hari terkelam bagi perekonomian USR (United States of Randika). Saat Presiden Randika ingin menarik sejumlah uang untuk membiayai kebutuhan negara, ternyata ada pernyataan dari BDH (Bank Dunia Khayalan) yang berisi “maaf saldo tidak mencukupi”. Pernyataan ini membuat bingung negara, maka dari itu Presiden mengirim tim riset negara untuk meneliti masalah ini.

Tim Riset Negara berkesimpulan bahwa, hambatan mengambil kas negara karena permasalahan sistem. Jadi begini ceritanya:

Jarak

Selasa, 15 Oktober 2013
Udah bayar Rp 100rb... duduk doang ngedengerin seminar yg topiknya muter-muter... pulangnya kaga sempet beli oleh-oleh... makan malem di KFC... #JAUH-JAUH KE BOGOR#

Itulah rangkuman perjalanan saya di Bogor selama seharian. Tidak ada yang menarik. Untunglah di malam sebelum keberangkatan, saya menyempatkan membeli buku yang niatnya akan saya habiskan selama perjalanan, namun ternyata buku itu berhasil saya habiskan saat seminar yang topiknya muter-muter sedang berlangsung.

Buku yang saat itu saya baca berjudul Daun yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin karangan Tere Liye. Menurut saya buku itu masih dalam kategori  biasa saja, gak seru-seru amat. Disini  saya bukan membahas tentang buku ini, melainkan akan membahas salah satu makna tersirat dalam buku ini, yaitu mengenai:

Mengubah Keadaan Sempit Menjadi Profit

Senin, 07 Oktober 2013
Minggu (6/10) sekelompok mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri di Republik Jatinangor mencoba mencari “uang jajan” dengan cara berjualan “kebutuhan sandang manusia” bekas di pasar mingguan yang terkenal di republik Jatinangor.

Pencetus kegiatan usaha ini adalah Dika (20), pada awalnya mahasiswa yang jago bisnis namun terperosok ke jurusan “tulis-menulis” ini melihat tumpukan “kebutuhan sandang manusia” bekas di sebuah tempat yang terlupakan, lalu otaknya secara otomatis menjalankan mode “mengubah keadaan sempit menjadi profit”.

“mungkin orang awam menganggap tumpukan “kebutuhan sandang manusia” bekas ini hanya sebagai sampah tetapi saya memandangnya sebagai “harta karun” tutur mahasiswa yang semasa SMA bercita-cita mewawancarai Annasophia Robb ini.