Sekilas kehidupan di Jakarta

Sabtu, 18 Februari 2017


Sebenarnya dalam setahun terakhir ini ada beberapa kisah yang udah dibuat dalam beberapa tulisan tersurat yang udah mewakili perjalanan setahun terakhir dan beberapa tulisan tersirat lainnya, namun tentu ada beberapa yang tidak atau belum atau mungkin tidak akan saya tuangkan ke dalam tulisan. Oke baiklah... sesuai judulnya, kisah ini menceritakan kehidupan singkat selama berada di ibukota negara, Jakarta. Dalam sudut pandang saya.


Saya pernah memuat tulisan tentang betapa muaknya tentang transportasi umum di bandung di tulisan berjudul "Transportasi Bandung di Mata Saya",  nah di Jakarta jauh lebih baik. Hampir tidak ada daerah di Jakarta yang tidak dijangkau dengan transportasi umum, dan yang paling penting terintegerasi dan sudah jelas rutenya. Mungkin tidak banyak kota di Indonesia yang dengan hanya biaya kurang dari Rp.5000 sekali jalan bisa menjangkau dari ujung kota ke sudut yang lainnya.

Satu-satunya permasalahan di kota ini menurut saya adalah.. Jakarta sudah overload!!! Oke transportasi masal sudah banyak dan terintegerasi, tapi tetep aja di dalemnya udah kayak ikan sarden dalem kaleng, penuh sesak. Tapi itu sepertinya memang sudah biasa jika di kota besar transportasi umumnya penuh sesak, tapi yang gak nahan itu udah sesak didalem, diluar pun (di jalan) juga padat.. kebayang deh tuh desek-desekan di dalem bis yang jalannya merangkak gara-gara bis nya juga ikut desek-desekan sama kendaraan lain juga.. sama bus lain, sama mobil pribadi yang banyak banget, kendaraan roda dua yang lebih banyak lagi, dan belom lagi kalo ada mobil pejabat lewat,, lengkap deh semerawutnya, untung udah kagak ada kuda delman yang ikut-ikutan buat macet..  oh iya ini saya lagi ngomongin bis umum, transjakarta. Mass transportation yang setiap hari yang naikin kalau pergi kerja.

Selain bus, Jakarta juga tentunya punya kereta listrik atau juga bisa disebut commuter line. Saya sih ga biasa pake ini kalo pergi kerja, tapi sesekali naik ini juga kalo lagi weekend pas ada janjian sama kawan. Tentunya mass transportation satu ini tetep desek-desekan, malah beberapa ada yang bilang   
lebih parah dibanding bus transjakarta, tapi tentunya anti-macet. Menurut saya, naik kereta listrik ini masih lebih baik lah dibanding desek desekan di transjakarta,alasan saya kenapa ga memilih kereta listrik ini sebagai transportasi yang saya gunakan saat pergi kerja adalah,, rumah saya jauh dari stasiun, ga jauh-jauh amat sih sebenernya, Cuma ya itu seperti yang saya udah bilang, Jakarta itu jalanannya semerawut, jadi ke stasiun kereta yang sebenernya ga jauh-jauh amat juga jadi kerasa jauh gara-gara kesemerawutan lagi dan alasan lainnya adalah kereta listrik ini kurang menjangkau banyak daerah, oleh karena itu biasanya kebanyakan kawan-kawan saya yang menaiki kereta listrik ini akan menyambung lagi dengan kendaraan umum lainnya untuk menuju kantornya...

Oh ya, di Jakarta akan dibangun Mass Rapid Transportation (MRT) ya kurang lebih seperti yang ada di Kualalumpur atau Singapura, browsing aja deh itu kayak gimana, kurang paham juga saya,, tapi saya berani bertaruh MRT nantinya akan masih kalah pamor dibandingkan transjakarta. Jadi menurut prediksi saya Jakarta ya bakal gitu gitu aja dalam masalah Mass transportation walau ada MRT. Naik bis masih desek desekan dan bermacet-macetan udah kayak ikan sarden dalem kaleng, naik kereta masih desek desekan, kayak ikan sarden dalem kaleng yang agak panjangan, naik kendaraan pribadi ya tetep bisa sambil main medsos sambil nyetir saking padetnya.

nah itu pembahasan tentang transportasi umum di kota ini... sebelum lanjut ke pembahasan dari aspek lainnya, saya  akan menceritakan sedikit tentang saya sendiri, semenjak lulus kuliah, saya langsung diterima kerja di kota ini, sampai dengan tulisan ini dibuat, belum sampai setahun dan saya baru saja memutuskan untuk resign kerja dan sekarang sudah tidak berada di Jakarta. Saya berada di tempat lain yang damai.... santai.... tenang... indah. Meskipun ada kemungkinan untuk saya kembali lagi ke Jakarta. Tapi kalo bisa ya jangan deh ya,,

jika anda setidaknya sehari saja berada di Jakarta, anda bisa menilai harga-harga kebutuhan pokok disini agak mahal, ya setidaknya dibandingkan di kota-kota besar di Pulau Jawa. Saya beri contoh jika di bandingkan di Kota Bandung, saya kira, perbedaannya harga makanan di Jakarta:Bandung yaitu hampir 2:1,begitu juga dengan tempat tinggal, harga sewa indekost di Jakarta bisa dua kali lipat atau mungkin lebih,jika di banding dengan Kota Bandung (tentunya jika dibandingkan dengan kualitas yang sama).

Di Jakarta,dengan harga kebutuhan pokok yang tinggi tentunya diiringi juga dengan Upah Mimimum Regional (UMR) yang tinggi pula, mungkin ini yang menyebabkan banyak orang memutuskan untuk mencari kerja di Jakarta, ya ini nih yang bikin Jakarta overload.. apakah saya juga tertarik? Pada awalnya iya, tapi setelah menceburkan diri dalam kehidupan karir khas Jakarta, saya jadi ga tertarik. Mungkin negara ini butuh banyak orang seperti saya.. biar Jakarta gak semerawut. Hahaha... tapi ya saya juga mengerti, jika mereka yang menceburkan atau tercebur di kehidupan Jakarta sebenarnya karena mau tidak mau.. Indonesia sebagian besar adalah laut, pembangunannya juga tidak merata, banyak potensi kota-kota di negara ini yang belum maksimal, pendapatan di Jakarta lebih tinggi dibanding kota lain plus biasanya kantor pusat perusahaan-perusahaan ada di Jakarta dan akhirnya BUMMM,,, Banyak pekerja, terutama pekerja korporat numplek di Jakarta. Rasional sih..

oh ya satu lagi.. , ya buat saya yang sebelumnya tinggal di daerah Parahyangan sih, menurut saya KOTA INI PANAS BANGET

Belum genap setahun saya di Jakarta, saya sudah memutuskan untuk meninggalkan kota ini. Ada alasan tertentu mengapa saya memutuskan itu. Jadi bukan karena hanya tidak betah dengan kesemerawutan kota ini, bukan cuma gara gara kota ini panas, bukan,, ada alasan lain.. dan mungkin penulis sekelas Dan Brown aja bingung kalo mau kisah saya ceritain dalam bentuk novel. Hahaha..

4 komentar:

  1. Anonim mengatakan...:

    dika idolaque

  1. Anonim mengatakan...:

    dikaidolaque

  1. Anonim mengatakan...:

    dika

Posting Komentar