Sebenarnya dalam setahun terakhir
ini ada beberapa kisah yang udah dibuat dalam beberapa tulisan tersurat yang
udah mewakili perjalanan setahun terakhir dan beberapa tulisan tersirat lainnya, namun tentu ada beberapa yang
tidak atau belum atau mungkin tidak akan saya tuangkan ke dalam tulisan. Oke baiklah...
sesuai judulnya, kisah ini menceritakan kehidupan singkat selama berada di
ibukota negara, Jakarta. Dalam sudut pandang saya.
Saya pernah memuat tulisan
tentang betapa muaknya tentang transportasi umum di bandung di tulisan berjudul "Transportasi Bandung di Mata Saya", nah di Jakarta jauh lebih baik. Hampir
tidak ada daerah di Jakarta yang tidak dijangkau dengan transportasi umum, dan
yang paling penting terintegerasi dan sudah jelas rutenya. Mungkin tidak banyak
kota di Indonesia yang dengan hanya biaya kurang dari Rp.5000 sekali jalan bisa
menjangkau dari ujung kota ke sudut yang lainnya.
Satu-satunya permasalahan di kota
ini menurut saya adalah.. Jakarta sudah overload!!! Oke transportasi masal
sudah banyak dan terintegerasi, tapi tetep aja di dalemnya udah kayak ikan
sarden dalem kaleng, penuh sesak. Tapi itu sepertinya memang sudah biasa jika
di kota besar transportasi umumnya penuh sesak, tapi yang gak nahan itu udah
sesak didalem, diluar pun (di jalan) juga padat.. kebayang deh tuh
desek-desekan di dalem bis yang jalannya merangkak gara-gara bis nya juga ikut
desek-desekan sama kendaraan lain juga.. sama bus lain, sama mobil pribadi yang
banyak banget, kendaraan roda dua yang lebih banyak lagi, dan belom lagi kalo
ada mobil pejabat lewat,, lengkap deh semerawutnya, untung udah kagak ada kuda
delman yang ikut-ikutan buat macet.. oh
iya ini saya lagi ngomongin bis umum, transjakarta. Mass transportation yang setiap hari yang naikin kalau pergi kerja.
Selain bus, Jakarta juga tentunya
punya kereta listrik atau juga bisa disebut commuter line. Saya sih ga biasa
pake ini kalo pergi kerja, tapi sesekali naik ini juga kalo lagi weekend pas
ada janjian sama kawan. Tentunya mass
transportation satu ini tetep desek-desekan, malah beberapa ada yang bilang
lebih parah dibanding bus transjakarta, tapi tentunya anti-macet. Menurut saya,
naik kereta listrik ini masih lebih baik lah dibanding desek desekan di
transjakarta,alasan saya kenapa ga memilih kereta listrik ini sebagai
transportasi yang saya gunakan saat pergi kerja adalah,, rumah saya jauh dari
stasiun, ga jauh-jauh amat sih sebenernya, Cuma ya itu seperti yang saya udah
bilang, Jakarta itu jalanannya semerawut, jadi ke stasiun kereta yang
sebenernya ga jauh-jauh amat juga jadi kerasa jauh gara-gara kesemerawutan lagi
dan alasan lainnya adalah kereta listrik ini kurang menjangkau banyak daerah,
oleh karena itu biasanya kebanyakan kawan-kawan saya yang menaiki kereta
listrik ini akan menyambung lagi dengan kendaraan umum lainnya untuk menuju
kantornya...
Oh ya, di Jakarta akan dibangun
Mass Rapid Transportation (MRT) ya kurang lebih seperti yang ada di Kualalumpur
atau Singapura, browsing aja deh itu kayak gimana, kurang paham juga saya,,
tapi saya berani bertaruh MRT nantinya akan masih kalah pamor dibandingkan
transjakarta. Jadi menurut prediksi saya Jakarta ya bakal gitu gitu aja dalam
masalah Mass transportation walau ada
MRT. Naik bis masih desek desekan dan bermacet-macetan udah kayak ikan sarden
dalem kaleng, naik kereta masih desek desekan, kayak ikan sarden dalem kaleng
yang agak panjangan, naik kendaraan pribadi ya tetep bisa sambil main medsos
sambil nyetir saking padetnya.
nah itu pembahasan tentang
transportasi umum di kota ini... sebelum lanjut ke pembahasan dari aspek lainnya,
saya akan menceritakan sedikit tentang
saya sendiri, semenjak lulus kuliah, saya langsung diterima kerja di kota ini,
sampai dengan tulisan ini dibuat, belum sampai setahun dan saya baru saja
memutuskan untuk resign kerja dan sekarang sudah tidak berada di Jakarta. Saya berada
di tempat lain yang damai.... santai.... tenang... indah. Meskipun ada
kemungkinan untuk saya kembali lagi ke Jakarta. Tapi kalo bisa ya jangan deh
ya,,
jika anda setidaknya sehari saja
berada di Jakarta, anda bisa menilai harga-harga kebutuhan pokok disini agak
mahal, ya setidaknya dibandingkan di kota-kota besar di Pulau Jawa. Saya beri
contoh jika di bandingkan di Kota Bandung, saya kira, perbedaannya harga
makanan di Jakarta:Bandung yaitu hampir 2:1,begitu juga dengan tempat tinggal,
harga sewa indekost di Jakarta bisa dua kali lipat atau mungkin lebih,jika di
banding dengan Kota Bandung (tentunya jika dibandingkan dengan kualitas yang
sama).
Di Jakarta,dengan harga kebutuhan
pokok yang tinggi tentunya diiringi juga dengan Upah Mimimum Regional (UMR)
yang tinggi pula, mungkin ini yang menyebabkan banyak orang memutuskan untuk
mencari kerja di Jakarta, ya ini nih yang bikin Jakarta overload.. apakah saya
juga tertarik? Pada awalnya iya, tapi setelah menceburkan diri dalam kehidupan
karir khas Jakarta, saya jadi ga tertarik. Mungkin negara ini butuh banyak
orang seperti saya.. biar Jakarta gak semerawut. Hahaha... tapi ya saya juga
mengerti, jika mereka yang menceburkan atau tercebur di kehidupan Jakarta
sebenarnya karena mau tidak mau.. Indonesia sebagian besar adalah laut,
pembangunannya juga tidak merata, banyak potensi kota-kota di negara ini yang
belum maksimal, pendapatan di Jakarta lebih tinggi dibanding kota lain plus
biasanya kantor pusat perusahaan-perusahaan ada di Jakarta dan akhirnya
BUMMM,,, Banyak pekerja, terutama pekerja korporat numplek di Jakarta. Rasional
sih..
oh ya satu lagi.. , ya buat saya yang sebelumnya tinggal di daerah Parahyangan sih, menurut saya KOTA INI PANAS BANGET
Belum genap setahun saya di
Jakarta, saya sudah memutuskan untuk meninggalkan kota ini. Ada alasan tertentu
mengapa saya memutuskan itu. Jadi bukan karena hanya tidak betah dengan
kesemerawutan kota ini, bukan cuma gara gara kota ini panas, bukan,, ada alasan lain.. dan mungkin penulis sekelas
Dan Brown aja bingung kalo mau kisah saya ceritain dalam bentuk novel. Hahaha..
dika idolaque