Tampilkan postingan dengan label travelling. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label travelling. Tampilkan semua postingan

Mendaki si Geulis

Sabtu, 18 Februari 2017


Gunung Geulis adalah sebuah gunung berada di Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat. Dengan ketinggian mencapai 1281 mdpl (meter diatas permukaan laut). Gunung ini yang tidak terlalu tinggi sehingga lebih menyerupai bukit. Nama Geulis sendiri diartikan dalam Bahasa Indonesia artinya (sebagian tulisan tidak terbaca karena coretan) Gunung Cantik. Ada tiga jalur pendakian menuju puncak Gunung Geulis yaitu jalur Desa Jatiroke, Kecamatan Jatinangor dan (sebagian teks tidak terbaca karena coretan) Lebak Kaso,  Kecamatan TanjungSari serta Kecamatan Cimanggung, Bandung. Gunung Geulis menjadi dataran tertinggi dari ketiga kecamatan tersebut.
Di puncak Gunung Geulis terdapat makam. Makan tersebut dijadikan tempat jiaran bagi orang-orang yang memiliki kepercayaan terhadap kekuatan magis oleh warga sehingga tidak semua orang dapat harus mengetahui informasi makam. Hal itu karena hanya orang-orang tertentu yang dapat mengetahui secara khusus mengenai Gunung Geulis. Menurut warga hanya orang yang memiliki wangsit yang bisa mengetahui cerita Gunung Geulis.
Jalur menuju puncak berarah Barat-Timur dengan jarak tempuh 2,42 KM serta waktu tempuh yang diperlukan kurang lebih 2 jam perjalanan.
Gunung Geulis memang bukan gunung yang tinggi seperti gunung-gunung yang menjadi tujuan para pecinta alam, Namun Gunung Geulis memiliki banyak keunikan yang menjadi khasnya sendiri.kondisi vegetasi hutan bambu juga harus menjadi pertimbangan seluruh kalangan untuk tetap bisa melestarikan alam dan memanfaarkan kekayaan Gunung Geulis sebagaimana mestinya.

Itu adalah seluruh teks yang tertera di papan tanda yang terletak di awal jalur pendakian Gunung Geulis, sangat disayangkan terdapat banyak coretan sehingga sebagian teks ada yang tidak bisa terbaca dengan jelas.

Seribu Cerita di Jatinangor

Senin, 16 Mei 2016
 Jatinangor adalah kawasan pendidikan di Jawa Barat, tepatnya di Kabupaten Sumedang. Jatinangor mendapat julukan kawasan pendidikan bukannya tanpa alasan, di kawasan ini terdapat beberapa perguruan tinggi ternama di negeri ini, di antaranya Universitas Padjadjaran (UNPAD), Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Institut Koperasi Indonesia (IKOPIN), dan baru beberapa tahun terrakhir ini Institut Teknologi Bandung (ITB) juga membuka kampusnya di Jatinangor, dimana lahan tempat didirikannya adalah lahan bekas Kampus Universitas Winaya Mukti (UNWIM).

Pernah kuliah di Jatinangor? Jika iya, selamat Anda adalah salah seorang yang beruntung. Mengapa? selain terdapat berbagai kampus besar, Jatinangor dikelilingi oleh alam yang sangat indah, hawanya sejuk, jauh dari kebisingan kota dan terdapat pula beberapa bangunan kuno yang bernilai sejarah. Saya penah kuliah di Jatinangor selama kurang lebih 4,5 tahun. Bagi saya Jatinangor lebih dari sekadar tempat kuliah, saya sudah menganggap Jatinangor sebagai rumah, bahkan setelah dinyatakan lulus oleh kampus saya masih menetap disini, setidaknya sampai saya mendapat pekerjaan, dan tulisan ini pun dibuat di Jatinangor.

Dokumentasi Budaya: Reak Sumedang @ Desa Cileles Cikuda Jatinangor

Sabtu, 29 Agustus 2015
Ini adalah salah satu karya jurnalistik saya bersama tim. Dalam karya kali ini saya bertugas sebagai  pilot project yang merangkap sebagai direktor dan Camera Person. Karya ini bertemakan budaya, dalam video ini diceritakan kisah sekelompok seni untuk mempertahankan ke eksisan salah satu kesenian budaya dari leluhurnya, yaitu Reak Sumedang. Pak karna, ketua dari perkumpulan seni ini mengaku bahwa ia mengimpikan jika suatu saat Reak Sumedang dapat kembali berjaya seperti sediakala. Ia bersama anggota tim nya setiap akhir pekan menampilkan reak sumedang di tempat publik,meskipun harus mengeluarkan uang sendiri  untuk biaya pementasan,  bahkan sering merugi, namun pak karna bersama tim nya pantang menyerah untuk tetap melestarikan kesenian reak sumedang.
Jatinangor, November 2014
special thanks to:
Bunga C.
Noviany



Transportasi Bandung di Mata Saya

Kamis, 20 Agustus 2015
4 tahun sudah gue jadi anak rantau di Bandung  Jatinangor, dan selama 4 tahun itu pula gue lumayan sering bolak balik Jatinangor-Bandung yg berjarak kira-kira 1,5 jam naik sepeda motor. Biasanya sih ke Bandung buat ngerjain tugas lapangan, ya sesekali main.

Dulu pas semester-semester awal gue kalo ke Bandung dari Jatinangor biasanya naik bis, soalnya belom tau jalan, kalo pun naik motor pasti dibonceng. Sekarang gue udah hafal jalan,bukan cuma rute jatinangor- bandung doang, tp sebagian besar rute utama di pusat kota bandung, terus juga rute ke cimahi, lembang ya daerah kabupaten Bandung gt lah, sekarang gue udah hafal rutenya. Bagi gue yg anak rantau dari luar Bandung, ini suatu kebanggan tersendiri.

Kumiko

Sabtu, 29 November 2014

Berawal dari SMS teman sesama delegasi indonesia pada AEON 2013, Rio, yang mengatakan bahwa salah satu teman dari delegasi Jepang akan datang berkunjung ke Indonesia dan bertanya apakah bisa ikut menemani jalan-jalan selama di Bandung. Tentu aku langsung menjawab “positif”. Karena aku tahu benar batapa senangnya jika melakukan perjalanan, apalagi melakukannya sendiri, saat di tempat yang dituju bertemu dengan teman yang siap menemani. (baca juga: Keliling Pulau Jawa). hal  itulah yang akan kulakukan terhadap salah satu temanku dari Jepang ini.

Kumiko namanya, sebenarnya aku tidak terlalu mengenalnya saat AEON 2103, kami berbeda kelompok saat itu, dan aku yakin dia juga tidak mengenalku secara personal. Tapi aku tidak peduli, yang ada di pikiranku saat itu, aku ingin ikut berpartisipasi menjadi tuan rumah yang baik selama ia di Indonesia.

Bandung adalah destinasi terakhirnya di Indonesia, sebelum ia ke Bandung, ia sudah berkeliling kota Jakarta dan Yogyakarta. Yang hebatnya lagi ialah ia berpergian sendiri dari Jepang, amazing right?

Akhirnya pada kamis malam kami bertemu di rumah makan di Jatinangor. Saat itu juga ada Dyno dan Rio yang juga delegasi Indonesia dan juga ada Fadil, salah satu delegasi AEON 2014. Saat itu kami makan malam sambil me- refresh ingatan kami kembali tentang teman-teman, kejadian menarik selama AEON 2013 berlangsung. Setelah itu kami merencanakan agenda di hari-hari berikutnya buat Kumiko karena ia akan tinggal di Jatinangor untuk 3 hari ke depan, tetapi masalahnya sekarang bukan musim liburan, jadi masing-masing dari kami punya agenda tersendiri yang harus dikerjakan tiap harinya, jadi mau tidak mau kami harus bergantian  menemani Kumiko.

Malam ini Kumiko tidur di Andhiany, entah bagaimana ia bisa tidur di tempat Andhiany, mungkin karena dikenalkan oleh salah satu delegasi AEON 2013 juga, tetapi keesokan harinya Andhiany akan pulang ke rumahnya di Jakarta, Sehingga Kumiko ke depannya akan tidur di Kamar Moe, Moe adalah teman se- Universitasnya Kumiko, ia akan berada disini selama 4 bulan untuk menjalani internship di kampus Universitas Padjadjaran.

Keesokan harinya aku mengajak Kumiko ke Jembatan Cincin yang terletak tidak jauh dari Kampus Unpad (baca juga: Jembatan Cincin Jatinangor), hanya berdua saja, karena teman-teman yang lain ada jadwal kuliah hari ini, sedangkan kebetulan pada hari itu aku tidak ada jadwal kuliah. Saat di jembatan Cincin, dengan cukup pengetahuan yang ku punya, aku menceritakan tentang sejarah jembatan tua ini, ia terlihat tertarik. Tetapi aku hanya bisa menemani sampai jam 9 pagi, karena aku ada urusan lain di Bandung, jadi aku kembali mengantar Kumiko ke apartemen Moe.

Keliling Pulau Jawa: Pahit Manit Perjalanan Part 3

Senin, 22 September 2014
baca juga (Keliling Pulau Jawa: Pahit Manit Perjalanan Part 2)

Purwokerto
Purwokerto... tujuan utama saya kesini adalah untuk mengunjungi teman saya, Rozak,  yang sekarang berkuliah di Kota ini, sebenarnya Purwokerto bukanlah kota, purwokerto adalah(....). Saya tiba di Purwokerto ketika hari sudah gelap. Rozak menjemput saya di stasiun Purwokerto. Sudah cukup lama saya tidak berjumpa dengan Rojak semenjak ia berkuliah disini.

Malam pertama saya di Purwokerto saya sudah dikenalkan oleh teman-teman Rozak. Mereka cukup welcome dengan saya. Di Purwokerto, tujuan wisata yang terkenal adalah Baturraden, waktu yang dibutuhkan untuk mencapai kesana dari tempat Rozak hanya sekitar 15 menit. Tapi karena hari sudah malam, kami memutukan untuk berangkat kesana esok hari.

Keliling Pulau Jawa: Pahit Manit Perjalanan Part 2


Yogyakarta        
       
Yogyakarta... ini adalah kedua kalinya saya kesini, setelah sebelumnya pernah kesini hanya untuk transit selama kurang lebih 3 jam, namun walau hanya 3 jam, kota ini mempu membuat saya begitu rindu akan kota ini. akhirnya rasa rindu itulah yang membawa saya kembali ke kota ini dan kali ini saya mempunyai waktu 3 hari untuk menikmati keindahannya.

Dari Semarang saya menaiki bis tujuan Yogya, namun saya sempat transit di Kota Magelang untuk mengunjungi salah satu keajaiban dunia, Candi Borobudur. Dengan membayar tiket masuk seharga Rp. 30.000 saya dapat menikmati Borobudur. Tidak salah dunia menyebut Borobudur sebagai salah satu keajaiban dunia, ia megah dan menakjubkan, dindingnya terdapat relief yang mengandung cerita dan penuh dengan filosofi, kalian bisa mencari sendiri di Google makna yang terkandung di dinding Candi Borobudur. Masih di sekitar Candi Borobudur terdapat pula museum-museum yang sempat saya kunjungi.

Keliling Pulau Jawa: Pahit Manit Perjalanan

24 Juni ’14

Akhirnya hari itu tiba, hari yang ditunggu-tunggu selama kurang lebih 3 tahun lamanya.
Melakukan perjalanan dengan biaya murah/minim atau yang lebih nge-trend disebut backpack-ing adalah salah satu keinginan saya saat mulai mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, bahkan keinginan ini lebih tinggi daripada mendapatkan nilai yang sempurna dalam perkuliahan atau keinginan untuk lulus cepat. Hehe. Mempunyai teman yang tersebar di perguruan tinggi di berbagai kota mungkin menjadi salah satu penguat alasan mengapa saya ingin backpack-ing. Setelah 3 tahun lamanya rencana ini gajadi-jadi karena berbagai hambatan akhirnya di tahun 2014 ini rencana itu kesampean juga.