Tampilkan postingan dengan label my mind. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label my mind. Tampilkan semua postingan

My Only Hope

Minggu, 18 Agustus 2019
Dear Nadya...

You came when my last hope ruined by notorious timelife of life.

You came when everything seeemed dark.

You came when i dropped my last energy to find path of "what i need"
 

Nadya...

just like meaning of your name.. "Hope"

You're came to bring hope to my life.

My hope, my pray, my bless... came altogether with your appearance.





Nadya....

You're my hope.

My only hope...







----------------------------------------------------- Jatimakmur 17413, August 18, 2019----------------

Dingin

Kamis, 25 Januari 2018

Tiada dingin yang mampu membuatku dingin.

Disaat yang lain terdiam kedinginan karna dingin menyerang sampai ke tulang, aku justru ingin main.

Jika tiada dingin, aku terbakar. Makanya aku suka dingin.

Kini aku pikir dingin semakin dingin, padahal api telah mati, tapi aku tidak jua kedinginan.

Kenapa ya?

Ah iya, aku kini sudah menjadi dingin.

Hantu Sialan

Aku takut hantu..

Mereka jahat, mereka makan orang.

Mereka muncul tiba-tiba, mereka bisa menjelma menjadi apapun.

Mereka menyayat-nyayat segumpal darah dan merobek-robek kumpulan syaraf.

Mereka merubah terang menjadi gelap, merubah asa menjadi hampa.

Bahkan hantu itu sudah mulai bermain di kamarku... arghh hantu, apa yang kamu mau dariku. Yang aku punya hanya bantal sutera untuk menemaniku tidur di kamar kecilku.

Itupun kau ambil juga, dasar hantu sialan!

Suatu Tempat di Lereng Bukit

Dahulu saat aku disana, ruang dan waktu seakan terhenti.

Dahulu saat aku disana, tak ada yang dapat menakuti.

Dahulu saat aku disana, rotasi bumi berputar terbalik pun aku tak peduli.

Dahulu saat aku disana, pikirku hanya selamanya dan tak akan terganti.

Kini...

Sekarang ataupun nanti aku tak peduli lagi.

Langit runtuh sekalipun paling hanya menunggu mati.

Benteng terakhir sudah runtuh, orang terakhir telah mati.

Digantikan oleh tempat dan waktu yang tak tentu dan terus berganti.

Impian

Kamis, 18 Januari 2018

Mimpiku sederhana...

Melihat langit biru nan menyejukan mata...

Menghirup wangi pegunungan yang terbawa udara...

Dikekelilingi hijaunya alam nan merona...

Merasakan dinginnya air jernih yang berasal dari atas sana...

Merasakan berkah dari alam untuk melepas lapar dan daharga...

Menyaksikan romantisnya lembayung saat senja...

Tertidur dimalam damai sampai terjaga...

Sederhana tapi nyata...

Kau yang Tak Akan Lagi Disebutkan

Sabtu, 06 Januari 2018

Ada suatu masa dimana kita bersama dan tak ingin terpisahkan.

Berdua berbagi cerita suka dan duka.

Saat jarak menghadang, kita berdua selalu diterjang rasa kesepian.

Tapi itu tak apa, karena kita dulu selalu menemukan cara untuk kembali bertatap mata.

Saat bersama ada saja hal baru yang kita coba disepanjang jalan.

Berdua, hanya berdua.

Bergandeng tangan selalu melengkapi dan menerima kekurangan.

Waktu bergulir, berganti dari masa ke masa.

Tak peduli apapun yang terjadi terimakasih dan maaf selalu terucapkan.

Lalu datang pada suatu masa dimana kau mulai diperkaya.

Tak lagi mengingat masa lalu yang penuh kenangan.

Tak lagi bersuara karena sedang sibuk berfoya.

Kesalahan tak lagi termaafkan dan tak ragu melakukan pengkhianatan.

Dengan enteng melepaskan sambil menutup mata.

Ya biarlah, yang sudah terjadi biarlah terjadi, aku masih tegak berdiri dengan mata terbuka.

Senyum terkembang dan tanpa kepalsuan.

Mulai menyambut kembali dunia dan impian lama yang pernah terlupa.

Kamu sudah aku kubur hingga titik terdalam bahkan namamu tak akan pernah lagi disebutkan.

Jatinangor: Kampus Kehidupanku

Kesekian kalinya aku kembali menginjakan kaki di Jatinangor. Lalu aku bertanya pada diriku sendiri, "mengapa aku tidak merasa excited atau sedih, rindu atau apalah. Seakan-akan tidak ada yang spesial lagi. Namun satu yang tak berubah; rasa nyaman. Segera saja aku mendapatkan jawabannya. Jatinangor sudah menjadi bagian hidupku, aku merasa setiap sudut di Jatinangor aku telah mengetahuinya dengan baik. Ya... Jatinangor adalah rumah. Jatinangor aku anggap adalah kampung halamanku.

Jatinangor lebih dari sekadar tempat. Mungkin yang satu ini agak terkesan berlebihan, tapi ya... jika Jatinangor menjelma menjadi sesosok manusia, dia sudah aku anggap orangtuaku sendiri. Dia adalah tempat bersandar saat aku sedih, tempat berbagi saat aku senang, tempat istirahat saat aku lelah, bukan hanya fisik, namun juga jiwa.

Jatinangor adalah kampus kehidupanku. Nah mungkin ini istilah yang paling tepat. Sebanyak apa pengalaman hidup yang telah aku rasakan di Jatinangor? Aku rasa sudah banyak, terlalu banyak.

Aku tahu arti dari sebuah pertemuan, dan sebaliknya, merasakan pahitnya perpisahan dari sebuah pertemuan yang indah.

Darimu Aku telah belajar dan menjalani arti dari sebuah kesetiaan, meski pada akhirnya mendapat kejamnya pengkhianatan.

Darimu Aku telah belajar sukarnya menerima perubahan, ya mungkin tak akan bisa sekuat kamu yang terus dipaksa berubah.

Surga dan neraka jalan berdampingan disini.

Menebar pahala atau menikmati sebuah dosa ditawarkan dengan murah disini.

Bagiku Jatinangor adalah zona nyaman sekaligus zona tempur. Disatu sisi me-ninabobo-kan diri ini, dan disisi lain pernah membuat diri ini lebih kuat.

Persahabatan, percintaan, pertemuan, perpisahan, kesetiaan, pengkhianatan, dan semua pelajaran kehidupan telah kudapat dan kuambil hikmahnya.

Jatinangor sayang, kau yang membuatku kembali, kau juga yang mengajarkanku untuk belajar pergi. Tapi aku tahu jika kau selalu menerima saat aku kembali kelak.

Karena selalu ada alasan bagiku untuk kembali ke Jatinangor

Jatinangor 2018

Sebuah Nama Sebuah Kenangan

Minggu, 26 Februari 2017
Sesuatu itu terkubur oleh masa...
... yang hanya bisa digapai oleh angan
... yang tercipta dari sebuah nama
... yang tak tergapai oleh tangan
... yang tak lagi terlihat oleh mata
... yang kinsudah menjadi sebuah kenangan
- Untuk barat dari timur yang pernah terpusat-

Mendaki si Geulis

Sabtu, 18 Februari 2017


Gunung Geulis adalah sebuah gunung berada di Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat. Dengan ketinggian mencapai 1281 mdpl (meter diatas permukaan laut). Gunung ini yang tidak terlalu tinggi sehingga lebih menyerupai bukit. Nama Geulis sendiri diartikan dalam Bahasa Indonesia artinya (sebagian tulisan tidak terbaca karena coretan) Gunung Cantik. Ada tiga jalur pendakian menuju puncak Gunung Geulis yaitu jalur Desa Jatiroke, Kecamatan Jatinangor dan (sebagian teks tidak terbaca karena coretan) Lebak Kaso,  Kecamatan TanjungSari serta Kecamatan Cimanggung, Bandung. Gunung Geulis menjadi dataran tertinggi dari ketiga kecamatan tersebut.
Di puncak Gunung Geulis terdapat makam. Makan tersebut dijadikan tempat jiaran bagi orang-orang yang memiliki kepercayaan terhadap kekuatan magis oleh warga sehingga tidak semua orang dapat harus mengetahui informasi makam. Hal itu karena hanya orang-orang tertentu yang dapat mengetahui secara khusus mengenai Gunung Geulis. Menurut warga hanya orang yang memiliki wangsit yang bisa mengetahui cerita Gunung Geulis.
Jalur menuju puncak berarah Barat-Timur dengan jarak tempuh 2,42 KM serta waktu tempuh yang diperlukan kurang lebih 2 jam perjalanan.
Gunung Geulis memang bukan gunung yang tinggi seperti gunung-gunung yang menjadi tujuan para pecinta alam, Namun Gunung Geulis memiliki banyak keunikan yang menjadi khasnya sendiri.kondisi vegetasi hutan bambu juga harus menjadi pertimbangan seluruh kalangan untuk tetap bisa melestarikan alam dan memanfaarkan kekayaan Gunung Geulis sebagaimana mestinya.

Itu adalah seluruh teks yang tertera di papan tanda yang terletak di awal jalur pendakian Gunung Geulis, sangat disayangkan terdapat banyak coretan sehingga sebagian teks ada yang tidak bisa terbaca dengan jelas.

Sekilas kehidupan di Jakarta



Sebenarnya dalam setahun terakhir ini ada beberapa kisah yang udah dibuat dalam beberapa tulisan tersurat yang udah mewakili perjalanan setahun terakhir dan beberapa tulisan tersirat lainnya, namun tentu ada beberapa yang tidak atau belum atau mungkin tidak akan saya tuangkan ke dalam tulisan. Oke baiklah... sesuai judulnya, kisah ini menceritakan kehidupan singkat selama berada di ibukota negara, Jakarta. Dalam sudut pandang saya.

Tentang Jiwa

Senin, 02 Januari 2017
 --Jiwa yang Terbaring--
Bagaimana rasanya jika suatu hal yang bisa membuat jiwamu tersenyum hilang dari hari-harimu?
Kamu tetap hidup, kamu tetap beraktivitas, bahkan ragamu tetap bisa tersenyum, meski jiwamu tidak.. jiwamu akan terbaring, buta, tak berbicara.
Sampai ada hal yang kembali mengisi jiwamu yang sedang kosong, atau mungkin kekosongan itu sendiri yang akan mengisi jiwamu
--Nyawa Hidupku--
Semua keindahan ini, semua kemewahan ini. Tak serta meresap ke dalam jiwaku. Karna semua ini Tak berarti tanpa kehadiranmu.
Tahukah kamu? Kehadiranmu yang membuatku hidup
--Penjebak Raga--
Apakah di dimensi lain, jiwaku pergi bersama jiwamu?
Apakah jiwaku kini sedang bermain-main dengan jiwamu?
Apakah Jiwaku telah pergi meninggalkan ragaku yang kini terjebak dalam realitas kehidupan?

Jika iya, pulanglah jiwaku.. pulang kembali ke ragamu ini.
Oh ya, sampaikan juga permintaanku
kepada jiwanya, tolong sampaikan, kepada raganya.. "ragaku ingin bersama raganya"

Oh ya, aku lupa.. aku lupa jika raganya juga juga sedang terjebak didalam realitas kehidupan.

Jiwa yang (hampir) Mati

Minggu, 11 Desember 2016


Aku masih ingat kapan terakhir kalinya tertawa lepas di kota ini,  memori itu kadang terulang di hari hari burukku.. sukurlah, sepertinya itu mencegahku dari kegilaan. Aku masih menyimpan beberapa foto ketika kita bersama, hey disana aku terlihat ceria dan begitu juga dengan kalian.  Kulihat ketika aku sedang sendiri, beberapa kali foto itu menjadi pengiring keluarnya air mata ini, dan mengingatkan jiwa yg lelah ini, jika aku pernah bahagia.

Hariku disini berat kawan, ya seperti biasanya.. namun tiada lagi penawar seperti sosok kalian kini, sosok yang menemani jiwa yang (hampir) mati.

Jika itu kalian, aku dengan senang hati mulai menerjang hari sebelum mentari.. jika itu kalian, aku dengan senang hati mengakhiri ketika jalan mulai sunyi.. jika itu kalian, tak ku pedulikan bising yang memekakan telinga.. jika itu kalian tak ku pedulikan panasnya kota.. jika itu kalian, jika itu kalian, tapi itu bukan kalian dan aku harap itu kalian

Lari dan Sembunyi



Aku lari dan sembunyi meskipun kau tidak mengejarku

Aku lari dari bayang-bayangmu yang tidak pernah lupa untuk tidak menghantui hari-hariku

Aku tenggelam dalam kenangan

Terkadang aku sesak dalam harapan

Aku lari dan sembunyi

Karena aku tak sanggup mengejar dalam sunyi

Ini hanya sementara, ini hanya sementara

Sebelum akhirnya aku kembali berlari membelah udara

Dan mungkin akan berakhir dalam kesunyian abadi

Karena harapan yang akan mati

Atau mungkin ini akan berakhir dengan alunan simfoni?

Entahlah, aku harap ada sedikit bantuan dari Sang Ilahi.

-WoodStation, Desember 2016-

Mendaki



Kita pernah berada di puncak, selama tiga bulan lamanya kita mendaki bersama.  

Saat ini kita telah sampai di kaki gunung dan sepertinya akan benar-benar berpisah.

Aku ‘kan mencari gunung lain yang akan kudaki, begitu juga dengan kamu.


Kau tak’ tahu betapa aku ingin kembali berjalan beriringan denganmu..

Betapa inginnya diriku dibantu dirimu saat pendakian sulit seperti saat ini.

Betapa inginnya diriku membantumu saat medan pendakian sedang ‘tak bersahabat.

Saat ini, hanya doa dan harapan baik yang bisa kuberikan padamu.

Selamat mendaki kawan, semoga kamu mendapat kebaikan dan pelajaran berharga selama pendakian.


Dan jika suatu saat Tuhan mengijinkan kita mendaki bersama lagi...

Aku ingin itu gunung terakhir yang kita daki.

-WoodStation,  Desember 2016-



“Teruntuk kawan-kawan terdekatku di Kemensetneg RI periode Mei-Agustus 2016, GRADE, RIZAL, HABIB, PULUNG, POLIN, BINTANG, EMA, ELIZA, PUTTI.”

Kamu tidak dapat menemukanku di sosial media: Part I

Selasa, 25 Oktober 2016

mobile.twitter.com
Penghujung 2016, dimana teknologi komunikasi sudah semakin canggih. Kamu dapat mengetahui apa yang kerabat kamu lakukan atau bahkan diamana kerabatmu biasa beraktivitas sehari-harinya dengan membuka akun sosial media mereka. Mudah bukan? Plus tidak perlu biaya banyak untuk melakukannya.


Sebagian besar orang mempunyai akun sosial media, termasuk saya. Karena seolah-olah dengan dunia pergaulan di era ini, sosial media sudah menjadi kepunyaan primer bagi setiap orang kebanyakan, terutama yang muda. Sekali lagi, itu termasuk saya. Saya mempunyai beberapa akun media sosial yang kebanyakan orang punyai, namun saya juga tidak mempunyai beberapa akun media sosial yang kebanyakan orang punyai.


Kebanyakan Teman-teman di sekitarku, atau yang pernah disekitarku (paling tidak yang tinggal di negara yang sama denganku)  adalah pengguna aktif sosial media, mereka berbagi apa yang mereka ingin bagi di akun sosial media mereka, ya bisa dibilang mereka melakukannya dengan rutin. Namun saya kurang suka dengan istilah “berbagi” dalam kasus ini, saya lebih suka menggunakan “menampilkan”, ya mereka bisa dan akan menampilkan apapun, foto, lokasi, kegiatan. Terdengar menyenangkan dengan segala kemudahan interaksi berkat teknologi yang sangat pesat ini, Namun  tidak dengan saya. Saya bukan seperti mereka kebanyakan yang merupakan pengguna aktif di sosial media, bahkan saya tidak mempunyai beberapa akun sosial terbaru yang sedang mainstream saat ini. Mengapa? Saya mempunyai alasan tersendiri.

Dear Poppy

Kamis, 01 September 2016


Dear Poppy...

Hari ini adalah hari pertamaku menjalani hari tanpamu sebagai mitraku. Ya aku telah diberi kesempatan untuk menulis buku yang kedua. Hampir sama dengan buku yang telah kita kerjakan bersama, namun bedanya aku tidak tahu berapa bab buku ini akan terselesaikan.

Hari pertama aku jalani seperti hari-hariku sebelumnya, berada di kota yang sama, naik kendaraan yang sama. Hanya... tiada lagi siluet dirimu dibalik dinding mika disetiap pagiku.

Dear Poppy, kudengar dirimu akan berkeliling ke beberapa negeri untuk menyelesaikan sebuah misi besar. It’s good for you Popp! That’s amazing... i wish i were there with you..  tapi tak apa, aku cukup senang mengingat duniaku dan duniamu pernah bertabrakan meskipun hanya sebentar.
  
Middle Epicentrum, September 2016

-The Fed’s notes-

Resensi Film : Motorama (1991)

Rabu, 25 Mei 2016
Berawal dari ambisi seorang anak laki-laki berumur 10 tahun untuk mengikuti permainan MOTORAMA. Motorama adalah sebuah permainan yang diadakan salah satu gas company untuk  mengumpulkan huruf dari sebuah kartu dan harus membentuk sebuah kata MOTORAMA. Jika kalian tinggal di Indonesia dan salah satu anak generasi 90an, pasti kalian mengenal permen karen YOSAN dan setiap bungkus permen kalian akan menemukan sebuah huruf yang bisa dirangkai menjadi Y-O-S-A-N, nah seperti itu lah kira-kira permainan MOTORAMA itu, bedanya setiap kartu MOTORAMA akan didapatkan jika membeli bensin seharga $5.

Gus, anak laki-laki yang diceritakan dalam film ini, merupakan seorang anak dari keluarga broken home dan berhasil mencuri mobil milik ayahnya untuk melintasi Amerika demi mendapati kartu MOTORAMA  dari setiap stasiun pengisian bahan bakar yang dilewatinya.

The Gogons and the bitterness of life

Minggu, 03 Januari 2016
Baru kelar baca the gogons nih..lagi- lagi om tere liye berhasil bikin gue kagum sama cerita fiksinya.

Kalian bisa browsing reviewnya, ni novel udah terbit dari bertahun-tahun yg lalu kok.
Ini novel intinya cerita tentang hidup yang (sangat) pahit yang dialami sama manusia. Ini buku sebenernya  walaupun fiksi tapi ga fiksi-fiksi amat. Toh di dunia nyata juga banuak yang kayak gini (bahkan lebih parah)

Transportasi Bandung di Mata Saya

Kamis, 20 Agustus 2015
4 tahun sudah gue jadi anak rantau di Bandung  Jatinangor, dan selama 4 tahun itu pula gue lumayan sering bolak balik Jatinangor-Bandung yg berjarak kira-kira 1,5 jam naik sepeda motor. Biasanya sih ke Bandung buat ngerjain tugas lapangan, ya sesekali main.

Dulu pas semester-semester awal gue kalo ke Bandung dari Jatinangor biasanya naik bis, soalnya belom tau jalan, kalo pun naik motor pasti dibonceng. Sekarang gue udah hafal jalan,bukan cuma rute jatinangor- bandung doang, tp sebagian besar rute utama di pusat kota bandung, terus juga rute ke cimahi, lembang ya daerah kabupaten Bandung gt lah, sekarang gue udah hafal rutenya. Bagi gue yg anak rantau dari luar Bandung, ini suatu kebanggan tersendiri.

Kembali Bangkit (Niatnya sih...)

Rabu, 19 Agustus 2015


Hai hai hello.. udah lama nih ga update tulisan (padahal emang jarang update) semoga para pembaca ga kecewa yah (kalo emang ada yang baca).

Pas saya cek, terakhir update bulan November tahun 2014. Hmmm... kenapa saya jarang update? Ada banyak faktor, yaitu, males nulis, males kemana-mana,males ngapa-ngapain tp intinya sih ga ada kejadian yang(super) menarik.

Tapi mulai sekarang saya berniat untuk kembali menghidupkan blog ini. Apakah saya sudah menemukan kembali kejadian menarik? Hmm belum sih.. timeline of my life masih gini-gini aja. Lalu kenapa mau niat update?.. ini semua karena Narema, salah seorang kawan lama. Dia yang menginspirasi saya untuk beberapa hal saat ini, termasuk untuk kembali menghidupkan situs blog usang saya ini.

Siapa Narema??? Ah udah ah banyak tanya lu kayak wartawan