Tampilkan postingan dengan label Jatinangor. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jatinangor. Tampilkan semua postingan

Maaf Jatinangor

Jumat, 16 Februari 2018
Jatinangor... sebuah tempat yang diberkahi bentang alam yang luar biasa indah. Namun sayang sepertinya keserakahan pengusaha dan penguasa setempat akan menghancurkan keindahannya. 

Saya yakin ada alasan kawasan ini dijadikan kawasan pendidikan. Lihat saja kondisi alamnya, begitu tenang dan indah, jauh dari hingar bingar kesemerawutan dan kapitalisme kota besar. Sangat cocok bagi para terpelajar yang menuntut ilmu. Tapi itu sepuluh tahun lalu, sebelum kehadiran pengembang properti serakah yang membujuk penguasa setempat untuk membangun bangunan-bangunan tinggi yang menghalangi dan merusak keasrian Jatinangor.

Lihat saja, dalam satu dekade terakhir ada lebih dari lima apartemen yang didirikan disini, saya tidak bisa membayangkan dalam sepuluh tahun kedepan seperti apa rupa Jatinangor.

Saya masih cukup beruntung, tahun 2011 saat pertamakali saya menginjakan kaki di Jatinangor, hanya ada satu apartemen yang berdiri dan cukup mendapat protes dari warga setempat saat itu. Saya berharap apartemen itu adalah bangunan tinggi pertama dan terakhir di Jatinangor. Tapi lihatlah sekarang! Bak jamur dimusim penghujan, bangunan tinggi itu terus bermunculan. Siapa yang dirugikan? Semua yang tinggal di Jatinangor, karena keindahan bentang alam terhalang bangunan tinggi, belum lagi sumber air tanah yang diambil dalam jumlah besar, yang seharusnya dinikmati warga sekitar. Siapa yang diuntungkan? Yaitu pengusaha serakah yang saya yakin bahkan tinggal diluar Jatinangor! Mereka tidak peduli kerusakan yang ditimbulkannya yang mereka peduli hanya pundi-pundi rupiah yang mengalir untuk mereka. Serakah! Bejat! Lalu bagaimana dengan penguasa setempat? Sebagai pihak yang turun mengamini keserakahan pengusaha, saya yakin ada rupiah dalam jumlah yang menggiurkan yang ikut mengalir kepada mereka.. ya ini adalah sebuah opini berisi tuduhan besar, tapi lihatlah kawan, dampak kerusakan Jatinangor juga tak kalah besar. Dan itu sedang terjadi! Dan terus terjadi!

Siapa yang harus disalahkan atas kerusakan alam di Jatinangor, saya tidak tahu. Apakah mereka legal melakukan itu? Saya juga kurang mengerti, tapi jika itu legal., betapa cacatnya undang-undang tata kota dan lingkungan di negeri kita.

Sebagai seorang yang pernah tinggal dan menempuh pendidikan di Jatinangor saya ingin melakukan sesuatu, namum saya sadar tidak banyak yang bisa saya lakukan. Menulis artikel ini adalah apa yang bisa saya lakukan dan berharap ada pembaca yang tersadar dan bisa melakukan lebih dari apa yang saya lakukan saat ini.

Jatinangor dan tentunya termasuk keindahan alam yang ada didalamnya adalah hak kita semua, namun itu bukan berarti Jatinangor dapat dibeli dan dirusak.  Siapapun yang tinggal, pernah atau akan tinggal di Jatinangor berhak akan pemandangan alam nan asri yang tak terusak tangan-tangan serakah.
Maaf Jatinangor, membuat opini dengan menulis ini adalah hal yang hanya saya bisa lakukan saat ini, dengan harapan ada banyak pihak yang tersadar dan mampu melakukan lebih untuk keselamatanmu.
 

Suatu Tempat di Lereng Bukit

Kamis, 25 Januari 2018

Dahulu saat aku disana, ruang dan waktu seakan terhenti.

Dahulu saat aku disana, tak ada yang dapat menakuti.

Dahulu saat aku disana, rotasi bumi berputar terbalik pun aku tak peduli.

Dahulu saat aku disana, pikirku hanya selamanya dan tak akan terganti.

Kini...

Sekarang ataupun nanti aku tak peduli lagi.

Langit runtuh sekalipun paling hanya menunggu mati.

Benteng terakhir sudah runtuh, orang terakhir telah mati.

Digantikan oleh tempat dan waktu yang tak tentu dan terus berganti.

Jatinangor: Kampus Kehidupanku

Sabtu, 06 Januari 2018

Kesekian kalinya aku kembali menginjakan kaki di Jatinangor. Lalu aku bertanya pada diriku sendiri, "mengapa aku tidak merasa excited atau sedih, rindu atau apalah. Seakan-akan tidak ada yang spesial lagi. Namun satu yang tak berubah; rasa nyaman. Segera saja aku mendapatkan jawabannya. Jatinangor sudah menjadi bagian hidupku, aku merasa setiap sudut di Jatinangor aku telah mengetahuinya dengan baik. Ya... Jatinangor adalah rumah. Jatinangor aku anggap adalah kampung halamanku.

Jatinangor lebih dari sekadar tempat. Mungkin yang satu ini agak terkesan berlebihan, tapi ya... jika Jatinangor menjelma menjadi sesosok manusia, dia sudah aku anggap orangtuaku sendiri. Dia adalah tempat bersandar saat aku sedih, tempat berbagi saat aku senang, tempat istirahat saat aku lelah, bukan hanya fisik, namun juga jiwa.

Jatinangor adalah kampus kehidupanku. Nah mungkin ini istilah yang paling tepat. Sebanyak apa pengalaman hidup yang telah aku rasakan di Jatinangor? Aku rasa sudah banyak, terlalu banyak.

Aku tahu arti dari sebuah pertemuan, dan sebaliknya, merasakan pahitnya perpisahan dari sebuah pertemuan yang indah.

Darimu Aku telah belajar dan menjalani arti dari sebuah kesetiaan, meski pada akhirnya mendapat kejamnya pengkhianatan.

Darimu Aku telah belajar sukarnya menerima perubahan, ya mungkin tak akan bisa sekuat kamu yang terus dipaksa berubah.

Surga dan neraka jalan berdampingan disini.

Menebar pahala atau menikmati sebuah dosa ditawarkan dengan murah disini.

Bagiku Jatinangor adalah zona nyaman sekaligus zona tempur. Disatu sisi me-ninabobo-kan diri ini, dan disisi lain pernah membuat diri ini lebih kuat.

Persahabatan, percintaan, pertemuan, perpisahan, kesetiaan, pengkhianatan, dan semua pelajaran kehidupan telah kudapat dan kuambil hikmahnya.

Jatinangor sayang, kau yang membuatku kembali, kau juga yang mengajarkanku untuk belajar pergi. Tapi aku tahu jika kau selalu menerima saat aku kembali kelak.

Karena selalu ada alasan bagiku untuk kembali ke Jatinangor

Jatinangor 2018

Mendaki si Geulis

Sabtu, 18 Februari 2017


Gunung Geulis adalah sebuah gunung berada di Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa Barat. Dengan ketinggian mencapai 1281 mdpl (meter diatas permukaan laut). Gunung ini yang tidak terlalu tinggi sehingga lebih menyerupai bukit. Nama Geulis sendiri diartikan dalam Bahasa Indonesia artinya (sebagian tulisan tidak terbaca karena coretan) Gunung Cantik. Ada tiga jalur pendakian menuju puncak Gunung Geulis yaitu jalur Desa Jatiroke, Kecamatan Jatinangor dan (sebagian teks tidak terbaca karena coretan) Lebak Kaso,  Kecamatan TanjungSari serta Kecamatan Cimanggung, Bandung. Gunung Geulis menjadi dataran tertinggi dari ketiga kecamatan tersebut.
Di puncak Gunung Geulis terdapat makam. Makan tersebut dijadikan tempat jiaran bagi orang-orang yang memiliki kepercayaan terhadap kekuatan magis oleh warga sehingga tidak semua orang dapat harus mengetahui informasi makam. Hal itu karena hanya orang-orang tertentu yang dapat mengetahui secara khusus mengenai Gunung Geulis. Menurut warga hanya orang yang memiliki wangsit yang bisa mengetahui cerita Gunung Geulis.
Jalur menuju puncak berarah Barat-Timur dengan jarak tempuh 2,42 KM serta waktu tempuh yang diperlukan kurang lebih 2 jam perjalanan.
Gunung Geulis memang bukan gunung yang tinggi seperti gunung-gunung yang menjadi tujuan para pecinta alam, Namun Gunung Geulis memiliki banyak keunikan yang menjadi khasnya sendiri.kondisi vegetasi hutan bambu juga harus menjadi pertimbangan seluruh kalangan untuk tetap bisa melestarikan alam dan memanfaarkan kekayaan Gunung Geulis sebagaimana mestinya.

Itu adalah seluruh teks yang tertera di papan tanda yang terletak di awal jalur pendakian Gunung Geulis, sangat disayangkan terdapat banyak coretan sehingga sebagian teks ada yang tidak bisa terbaca dengan jelas.

Dokumentasi Budaya: Reak Sumedang @ Desa Cileles Cikuda Jatinangor

Rabu, 07 September 2016
[UPDATE] berhubung attachment video postingan yang sebelumnya bermasalah, maka saya akan tampilkan lagi postingan lawas dengan attachment video yang sudah bisa diputar karena sebelumnya video yang saya unggah di Youtube telah diklaim oleh salah salah satu stasiun Tv swasta sebut saja Net Tv. Rada kampret emang tuh.
ok check it out!
Ini adalah salah satu karya jurnalistik saya bersama tim. Dalam karya kali ini saya bertugas sebagai  pilot project yang merangkap sebagai direktor dan Camera Person. Karya ini bertemakan budaya, dalam video ini diceritakan kisah sekelompok seni untuk mempertahankan ke eksisan salah satu kesenian budaya dari leluhurnya, yaitu Reak Sumedang. Pak karna, ketua dari perkumpulan seni ini mengaku bahwa ia mengimpikan jika suatu saat Reak Sumedang dapat kembali berjaya seperti sediakala. Ia bersama anggota tim nya setiap akhir pekan menampilkan reak sumedang di tempat publik,meskipun harus mengeluarkan uang sendiri  untuk biaya pementasan,  bahkan sering merugi, namun pak karna bersama tim nya pantang menyerah untuk tetap melestarikan kesenian reak sumedang.
Jatinangor, November 2014
special thanks to:
Bunga C.
Noviany 

Seribu Cerita di Jatinangor

Senin, 16 Mei 2016
 Jatinangor adalah kawasan pendidikan di Jawa Barat, tepatnya di Kabupaten Sumedang. Jatinangor mendapat julukan kawasan pendidikan bukannya tanpa alasan, di kawasan ini terdapat beberapa perguruan tinggi ternama di negeri ini, di antaranya Universitas Padjadjaran (UNPAD), Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Institut Koperasi Indonesia (IKOPIN), dan baru beberapa tahun terrakhir ini Institut Teknologi Bandung (ITB) juga membuka kampusnya di Jatinangor, dimana lahan tempat didirikannya adalah lahan bekas Kampus Universitas Winaya Mukti (UNWIM).

Pernah kuliah di Jatinangor? Jika iya, selamat Anda adalah salah seorang yang beruntung. Mengapa? selain terdapat berbagai kampus besar, Jatinangor dikelilingi oleh alam yang sangat indah, hawanya sejuk, jauh dari kebisingan kota dan terdapat pula beberapa bangunan kuno yang bernilai sejarah. Saya penah kuliah di Jatinangor selama kurang lebih 4,5 tahun. Bagi saya Jatinangor lebih dari sekadar tempat kuliah, saya sudah menganggap Jatinangor sebagai rumah, bahkan setelah dinyatakan lulus oleh kampus saya masih menetap disini, setidaknya sampai saya mendapat pekerjaan, dan tulisan ini pun dibuat di Jatinangor.