Dingin

Kamis, 25 Januari 2018

Tiada dingin yang mampu membuatku dingin.

Disaat yang lain terdiam kedinginan karna dingin menyerang sampai ke tulang, aku justru ingin main.

Jika tiada dingin, aku terbakar. Makanya aku suka dingin.

Kini aku pikir dingin semakin dingin, padahal api telah mati, tapi aku tidak jua kedinginan.

Kenapa ya?

Ah iya, aku kini sudah menjadi dingin.

Hantu Sialan

Aku takut hantu..

Mereka jahat, mereka makan orang.

Mereka muncul tiba-tiba, mereka bisa menjelma menjadi apapun.

Mereka menyayat-nyayat segumpal darah dan merobek-robek kumpulan syaraf.

Mereka merubah terang menjadi gelap, merubah asa menjadi hampa.

Bahkan hantu itu sudah mulai bermain di kamarku... arghh hantu, apa yang kamu mau dariku. Yang aku punya hanya bantal sutera untuk menemaniku tidur di kamar kecilku.

Itupun kau ambil juga, dasar hantu sialan!

Suatu Tempat di Lereng Bukit

Dahulu saat aku disana, ruang dan waktu seakan terhenti.

Dahulu saat aku disana, tak ada yang dapat menakuti.

Dahulu saat aku disana, rotasi bumi berputar terbalik pun aku tak peduli.

Dahulu saat aku disana, pikirku hanya selamanya dan tak akan terganti.

Kini...

Sekarang ataupun nanti aku tak peduli lagi.

Langit runtuh sekalipun paling hanya menunggu mati.

Benteng terakhir sudah runtuh, orang terakhir telah mati.

Digantikan oleh tempat dan waktu yang tak tentu dan terus berganti.

Impian

Kamis, 18 Januari 2018

Mimpiku sederhana...

Melihat langit biru nan menyejukan mata...

Menghirup wangi pegunungan yang terbawa udara...

Dikekelilingi hijaunya alam nan merona...

Merasakan dinginnya air jernih yang berasal dari atas sana...

Merasakan berkah dari alam untuk melepas lapar dan daharga...

Menyaksikan romantisnya lembayung saat senja...

Tertidur dimalam damai sampai terjaga...

Sederhana tapi nyata...

Kau yang Tak Akan Lagi Disebutkan

Sabtu, 06 Januari 2018

Ada suatu masa dimana kita bersama dan tak ingin terpisahkan.

Berdua berbagi cerita suka dan duka.

Saat jarak menghadang, kita berdua selalu diterjang rasa kesepian.

Tapi itu tak apa, karena kita dulu selalu menemukan cara untuk kembali bertatap mata.

Saat bersama ada saja hal baru yang kita coba disepanjang jalan.

Berdua, hanya berdua.

Bergandeng tangan selalu melengkapi dan menerima kekurangan.

Waktu bergulir, berganti dari masa ke masa.

Tak peduli apapun yang terjadi terimakasih dan maaf selalu terucapkan.

Lalu datang pada suatu masa dimana kau mulai diperkaya.

Tak lagi mengingat masa lalu yang penuh kenangan.

Tak lagi bersuara karena sedang sibuk berfoya.

Kesalahan tak lagi termaafkan dan tak ragu melakukan pengkhianatan.

Dengan enteng melepaskan sambil menutup mata.

Ya biarlah, yang sudah terjadi biarlah terjadi, aku masih tegak berdiri dengan mata terbuka.

Senyum terkembang dan tanpa kepalsuan.

Mulai menyambut kembali dunia dan impian lama yang pernah terlupa.

Kamu sudah aku kubur hingga titik terdalam bahkan namamu tak akan pernah lagi disebutkan.

Jatinangor: Kampus Kehidupanku

Kesekian kalinya aku kembali menginjakan kaki di Jatinangor. Lalu aku bertanya pada diriku sendiri, "mengapa aku tidak merasa excited atau sedih, rindu atau apalah. Seakan-akan tidak ada yang spesial lagi. Namun satu yang tak berubah; rasa nyaman. Segera saja aku mendapatkan jawabannya. Jatinangor sudah menjadi bagian hidupku, aku merasa setiap sudut di Jatinangor aku telah mengetahuinya dengan baik. Ya... Jatinangor adalah rumah. Jatinangor aku anggap adalah kampung halamanku.

Jatinangor lebih dari sekadar tempat. Mungkin yang satu ini agak terkesan berlebihan, tapi ya... jika Jatinangor menjelma menjadi sesosok manusia, dia sudah aku anggap orangtuaku sendiri. Dia adalah tempat bersandar saat aku sedih, tempat berbagi saat aku senang, tempat istirahat saat aku lelah, bukan hanya fisik, namun juga jiwa.

Jatinangor adalah kampus kehidupanku. Nah mungkin ini istilah yang paling tepat. Sebanyak apa pengalaman hidup yang telah aku rasakan di Jatinangor? Aku rasa sudah banyak, terlalu banyak.

Aku tahu arti dari sebuah pertemuan, dan sebaliknya, merasakan pahitnya perpisahan dari sebuah pertemuan yang indah.

Darimu Aku telah belajar dan menjalani arti dari sebuah kesetiaan, meski pada akhirnya mendapat kejamnya pengkhianatan.

Darimu Aku telah belajar sukarnya menerima perubahan, ya mungkin tak akan bisa sekuat kamu yang terus dipaksa berubah.

Surga dan neraka jalan berdampingan disini.

Menebar pahala atau menikmati sebuah dosa ditawarkan dengan murah disini.

Bagiku Jatinangor adalah zona nyaman sekaligus zona tempur. Disatu sisi me-ninabobo-kan diri ini, dan disisi lain pernah membuat diri ini lebih kuat.

Persahabatan, percintaan, pertemuan, perpisahan, kesetiaan, pengkhianatan, dan semua pelajaran kehidupan telah kudapat dan kuambil hikmahnya.

Jatinangor sayang, kau yang membuatku kembali, kau juga yang mengajarkanku untuk belajar pergi. Tapi aku tahu jika kau selalu menerima saat aku kembali kelak.

Karena selalu ada alasan bagiku untuk kembali ke Jatinangor

Jatinangor 2018