Percetakan in Love 2 : everyting is burem without kacamata

Sabtu, 09 Juni 2012

Terbangun aku dari tidurku karena pintu kamar kost ku diketuk oleh seseorang seraya memanggil namaku. Batinku bergejolak. Apakah aku akan membukakan pintu untuknya atau kulanjutkan saya tidurku?. Ternyata rasa penasaranku lebih besar daripada rasa kantukku. Kubukakan pintu... Ah Ternyata seorang teman yang berasal dari kamar atas. Kutanyakan maksudnya, dan ia ternyata ingin meminjam flash-disk ku. Langsung saja aku memberi pinjam punyaku (flash-disk) setelah sebelumnya berusaha mencari-cari diantara barang-barang dikamarku yang letaknya tak beraturan.
Kasur yang empuk kembali memanggil diriku dan merayuku untuk tidur diatasnya. Aku tak kuasa menahan rayuannya. Selintas aku teringat kejadian beberapa menit yang lalu tentang ketukan di pagi buta seraya menggerutu, “wahai kawan, kau pikir ini pagi punyamu? Seenaknya saja membangunkan aku dari tidur nyenyakku demi kepentinganmu.” Ah tapi sudahlah lupakan saja,toh aku telah kembali tergoda pada rayuan kasur.
Baru saja kasurku yang bergambar-bulan-dengan-kucing-tidur-diatasnya membelaiku, telepon genggamku berbunyi tanda ada SMS masuk. Dalam 15 menit terakhir batinku telah bergejolak dua kali, dan kali ini, sekali lagi diantara dua pilihan apakah beranjak dari kasur dan membuka SMS dari telepon genggamku yang berada di sudut meja belajar ataukah mengabaikannya saja. Dan sekali lagi rasa penasaranku memenangkan pertarungan batin ini. Kubuka isi SMS dan membaca pesan yang berasal dari teman kampus yang bertuliskan:
“pagi kawan-kawan... ntar kita kumpul yuk untuk membicarakan tugas kelompok, di kampus 2.2.8  ya pukul 09.00.”
Ya... sekali lagi kedamaian pagiku terenggut oleh gangguan yang terduga. Memang, aku ini sekarang adalah seorang mahasiswa yang akhir-akhir ini sering dilanda oleh tugas, baik induvidu maupun kelompok, ahh mahasiswa.... nikmat namun berat.
Kuambil handuk hijauku dan berjalan menuju kamar mandi. Disaat guyuran air membasahi kepalaku, aku sempat menyesal dan bertanya-tanya: mengapa aku menanggapi SMS itu sementara aku bisa menghiraukannya?. Karena denda, ya... karena denda, karena jika aku tidak datang maka aku akan dikenai denda. Ya.. itulah perjanjian kelompok kami, jika tidak ikut kumpul maka akan dikenai denda. 15 menit kemudian aku selesai mandi dan bergegas sarapan. Cuaca pagi yang cerah dihiasi pemandangan Gunung Geulis khas Jatinangor membuatku kembali tersadar—betapa indahnya dunia ini. Hanya ada satu yang mengurangi keindahan pada pagi ini yaitu: aku tidak memakai kacamata... seperti yang kalian tahu, jika seseorang mempunyai minus pada matanya dan tidak memakai kacamata maka: everything is burem without kacamata.
Angkutan kampus yang berbaris menunggu dinaiki oleh mahasiswa menjadi pemandangan sehari-hariku. Aku tertarik menaiki salah satunya yang berwarna merah. Setelah mobil (angkutan kampus) penuh,ia pun berjalan. Satu persatu mobil yang kunaiki melewati tiap-tiap fakultas, satu persatu juga mahasiswa telah sampai di fakultasnya. Tulisan FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI yang terpampang megah dan dihiasi tumbuh-tumbuhan menjadi patokanku untuk segera turun dari mobil ini. Sekarang Jum’at, kampus berjalan seperti biasanya namun lebih sepi. Memang, hanya sedikit kelas yang mengadakan kuliah di hari ini. Pintu kaca otomatis terbuka saat aku mendekatinya seakan-akan menyuruhku untuk masuk kedalamnya.
Terdapat lima gedung di fakultas ini dan kali ini aku ingin memasuki gedung 2. Karena disanalah kami telah sepakat untuk berkumpul. 2.2.8 sesuai yang tercatum pada SMS tadi pagi—itu berarti gedung 2 lantai 2 ruang 8. Kulalui lorong yang sepi, hanya beberapa petugas kebersihan saja yang ketemui.
Kumasuki ruangan yang telah ditentukan. Saat kumasuki ruangan itu terlihat wajah-wajah setengah mengantuk khas mahasiswa. Aku tidak tahu alasan mereka mengikuti ajakan SMS yang tentunya sama dengan SMS yang aku terima pagi tadi, apakah mereka memang serius dengan tugas kelompok ini ataukah mereka sama sepertiku yang takut dikenai denda?. Hanya tuhan dan diri mereka masing-masing yang bisa menjawabnya.
Perundingan berjalan seperti biasanya, rumit. Tetapi diriku hanya mengikuti arus perundingan. Yaaa karena aku memegang peran yang tidak terlalu penting dalam kelompok itu. Setelah melalui waktu yang membosankan tiba-tiba terdenagar suara azan berkumandang pertanda solat Jum’at akan segera dimulai. Tergerak seluruh badanku untuk segera menuju masjid kampus. Aku tak tahu apakah ini hanya sebuah kebiasaan ataukah hatiku juga ikut bergerak.
13.00, itu adalah waktu yang ditujukan saat ini. Dirikupun sekarang berada di sebuah ruangan besar yang mampu menampung sebanyak 200 orang. Aku kelasku dan tiga kelas lain berada  di ruangan ini untuk mengikuti kelas tambahan suatu mata kuliah. Mahasiswa biasanya menyebut kelas yang diadakan sekarang sebagai kelas nyampah . mengapa disebut begitu? Karena kelas kali ini mengambil hari dimana mereka(mahasiswa) tidak ada kuliah
Sampai saat ini aku masih terganggu masih terganggu dengan penglihatanku ditambah dengan tidak memakai kacamata yang seharusnya aku kenakan. Aku tahu mataku ini minus, dan saat ini aku idak memakai kacamata, aku tidak bodoh... aku bukannya dengan sengaja tidak memakai kacamata pada hari ini, tetapi karena kacamataku telah rusak. Menggantinya butuh biaya yang lumayan besar, jadi ntar aja lah... toh untuk dua minggu kedepan tidak ada kuliah karena kampus sedang mengadakan minggu tenang sebelum diselenggarakan ujian akhir semester (UAS)
“Percetakan in Love 2: everything is burem without kacamata” adalah judul untuk kisah ini. Love....? lalu dimana romantisnya?...
To be continued...

0 komentar:

Posting Komentar