Percetakan in Love 2 : everything is burem without kacamata Part II

Sabtu, 09 Juni 2012
Angin sore yang sejuk khas Jatinangor membelai rambutku. Aku sedang berada di atas sepeda motor, dibonceng oleh salah seorang kawan. Dikejauhan aku melihat Gunung Manglayang dengan megahnya menghiasi kawasan pendidikan ini dan aku akan melihat Gunung Geulis jika menolehkan kepalaku ke lain sisi. Menikmati indahnya alam serta memuji Sang pencipta adalah hal yang kulakukan saat ini.
Percetakan... adalah tujuan ku saat ini. Majalah edisi revisi siap diambil sore ini sesuai dengan perjanjianku dengan pihak percetakan. Sebenarnya rasa lelah dan kantuk berhasil memengaruhiku saat ini, ingin rasanya dibuai oleh belaian kasurku yang empuk dan terlelap sampai puas. Tetapi majalahku yang telah kubuat bersama anggota tim ku menunggu untuk diambil dari percatakan. Rasa penasaran yang menggebu-gebu mawarnai hatiku. Tak sabar untuk melihat hasil karya kami yang ditujukan untuk tugas akhir(pembuatan majalah). Irfan... dia adalah salah salah seorang kawan yang saat ini bersedia mengantarku ke percetakan dengan menggunakan motor putihnya. Aku sangat menghargai jasanya, karena dengan begitu aku tidak perlu merelakan salah satu dari penghuni dompetku untuk pindah ketangan orang lain.
Aku meminta Irfan untuk menurunkan diriku di suatu pusat perbelanjaan yang telah gulung tikar. Aku diturunkan disana karena lokasi percetakan tidak jauh dari tempat itu. Langit saat itu mendung, pertanda sebentar lagi akan turun hujan. Kupercepat langkahku menuju percetakan berharap akan cepat mengabil majalah kami dan membawanya pulang.
Memang kenyataan sering kali berbeda dari yang kita harapkan. Sesampainya diriku di percetakan aku menerima fakta bahwa majalahku belum selesai dicetak sementara awan di angkasa sibuk bergumul satu sama lain demi terciptanya hujan. Dan benar saja, hujan turun dari langit sore. Semua yang bisa aku lakukan adalah hanya menunggu di percetakan. Sembari menunggu selesainya majalahku dan berharap agar hujan segera berhenti mengbasahi bumi, aku membuka lembaran koran yang tergeletak di meja pengambilan pesanan. Mungkin itu punya salah satu karyawan disana. Tidak peduli koran itu dimiliki oleh siapa aku terus membaca.
Entah sudah berapa lama aku menunggu, sampai aku mendengar azan maghrib berkumandang. Kulihat majalahku masih setengah selesai dicetak. Aku masih sabar menunggu, malah aku menikmati waktuku di percetakan. Disini aku bisa melihat karyawan bekerja dengan komputer yang sedang mendesain suatu gambar digital. Ya... aku memang tertarik dengan dunia grafis digital. “ i’m lil bit addicted to graphic” aku mengakuinya dengan menulis kalimat itu di facebook.
Saat aku sedang memperhatikan proses yang kuaanggap menarik tentang desain grafis, aku dikejutkan oleh wanita dibelakangku, ia berkata:
“ini majalahnya sudah selesai cetak, kamu mahasiswa jurnalistik juga ya?”
Aku menjawab pertanyaan yang diajukannya, aku mengaku diriku adalah salah seorang mahasiswa jurnalistik semester dua. kukira ia mahasiswa jurnalistik juga yang berkuliah di tempat yang sama denganku.
Dugaanku hampir benar. Memang, dia adalah mahasiswa jurnalistik, tetapi kami berkuliah di universitas yang berbeda. Ini menjadi awal momen indah yang terjadi pada hari ini. Ia seorang wanita berparas cantik khas wanita pasundan, rambutnya yang dibalut oleh kerudung tidak mengurangi kecentikannya. Sekali lagi... teori psikologi tentang ketertarikan disebabkan salah satubya terjadi oleh faktor kesamaan telah terjadi. Kami bercerita tentang diri kami masing-masing, tentunya topiknya tidak jauh dari seputar kampus, ya seperti yang telah diketahui sebelumnya—kami sama-sama mahasiswa jurnalistik.
Setelah kurasa hujan sudah sedikit meredah, aku ijin pulang menuju kosan. Tetapi sebelum itu kami sempat saling bertukar nomer kontak. Kami berjanji bahwa kami akan saling bertukar informasi jika ada acara yang berhubungan dengan acara kampus, terutama bidang jurnalistik. Berbincang dengannya sangat menyenangkan. Sesampainya di kamar kost aku menulis status di akun facebook miliku:
“ pertemuan ini bagaikan secerah matahari pagi ketika turunnya hujan di gelapnya malam”

0 komentar:

Posting Komentar