Kamu tidak dapat menemukanku di sosial media: Part I

Selasa, 25 Oktober 2016

mobile.twitter.com
Penghujung 2016, dimana teknologi komunikasi sudah semakin canggih. Kamu dapat mengetahui apa yang kerabat kamu lakukan atau bahkan diamana kerabatmu biasa beraktivitas sehari-harinya dengan membuka akun sosial media mereka. Mudah bukan? Plus tidak perlu biaya banyak untuk melakukannya.


Sebagian besar orang mempunyai akun sosial media, termasuk saya. Karena seolah-olah dengan dunia pergaulan di era ini, sosial media sudah menjadi kepunyaan primer bagi setiap orang kebanyakan, terutama yang muda. Sekali lagi, itu termasuk saya. Saya mempunyai beberapa akun media sosial yang kebanyakan orang punyai, namun saya juga tidak mempunyai beberapa akun media sosial yang kebanyakan orang punyai.


Kebanyakan Teman-teman di sekitarku, atau yang pernah disekitarku (paling tidak yang tinggal di negara yang sama denganku)  adalah pengguna aktif sosial media, mereka berbagi apa yang mereka ingin bagi di akun sosial media mereka, ya bisa dibilang mereka melakukannya dengan rutin. Namun saya kurang suka dengan istilah “berbagi” dalam kasus ini, saya lebih suka menggunakan “menampilkan”, ya mereka bisa dan akan menampilkan apapun, foto, lokasi, kegiatan. Terdengar menyenangkan dengan segala kemudahan interaksi berkat teknologi yang sangat pesat ini, Namun  tidak dengan saya. Saya bukan seperti mereka kebanyakan yang merupakan pengguna aktif di sosial media, bahkan saya tidak mempunyai beberapa akun sosial terbaru yang sedang mainstream saat ini. Mengapa? Saya mempunyai alasan tersendiri.



Saya tidak naif, saya mengakui saya tidak mempunyai “something extraordinary” yang mau saya tampilkan di sosial media saya, namun bisa saja saya menampilkan hal “something usual” yang biasa orang tampilkan di media sosial mereka,, Nah.. saya kurang suka melakukan itu. Hahaha..


Namun dibalik semua itu saya punya kegelisahan tersendiri yang membuat saya tidak “mencemplungkan” diri saya sendiri kedalam “mainstream, social media world”. Dia status saya sekarang ini sebagai pekerja kantoran, saya mempunyai kebiasaan yang saya ingin dan telah saya lakukan di setiap akhir pekan, yaitu mengunjungi teman-teman saya dan saya lebih suka melakukannya dengan personal, agar lebih personal, tetapi saya juga tidak masalah jika melakukannya secara berkelompok, yang penting tatap muka, berkomunikasi secara langsung. Satu-satunya yang menjadi perantara adalah udara untuk menghantarkan gelombang suara kami.. cyeelaah..


Terus apa hubungannya dengan sosial media?


Entah mungkin hanya ada dalam pikiran dan logika saya saja atau bukan, tetapi saya merasa dengan segala kemudahan mengetahui informasi mengenai seseorang, orang-orang mulai tidak menyadari betapa istimewanya interaksi secara langsung, bertemu untuk saling ingin mengetahui kabar terbaru masing-masing. Keindahan dari seni percakapan berbobot yang panjang hingga tak terasa hari mulai gelap. Menurut saya pertemuan secara langsung tidak lagi seindah jika kita sudah mengetahui detail masing-masing melalui sosial media.

bersambung ke Part II

0 komentar:

Posting Komentar