Keheningan Jatinangor

Sabtu, 08 Desember 2012
“kalo gue kuliah di Jakarta, pasti gue stress banget”

Itu adalah ungkapan, curhatan atau apalah namanya, itu dikatakan oleh salah satu teman saya disela-sela percakapan kami saat melakukan kuliah lapangan di Jakarta. Wajar kalau teman saya berkata begitu, saya juga berpikiran seperti itu karena di tempat dimana kami kuliah suasananya jauh lebih tenang.

Kami adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi yang kampusnya terletak di Jatinangor. Jatinangor adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sumedang yang berbatasan langsung dengan Bandung (baca juga: Jatinangor, Sumedang). Menurut persepsi saya Jatinangor adalah sebuah kawasan perkebunan yang telah disulap menjadi sebuah kawasan pendidikan yang banyak dibangun kampus-kampus besar. Kampus-kampus itu tentunya mendatangkan mahasiswa yang artinya mendatangkan pendatang baru bagi Jatinangor. Meskipun Jatinangor berbatasan langsung dengan Bandung, tetapi kawasan ini tidak seramai, atau lebih tepatnya belum seramai Kota Bandung.
Tidak seperti Bandung yang memiliki banyak tempat hiburan. Jatinangor hanya memiliki satu mall, yaitu Jatos (Jatinangor Square) tetapi pusat perbelanjaan satu ini jauh dari kemegahan mall-mall yang ada di kota-kota besar, mall ini hanya 3 lantai dan tidak terlalu luas, tetapi untunglah Jatos memiliki bioskop (walau telat update).

Bagaimana dengan sinyal? Sangat sulit mendapatkan sinyal yang baik di kawasan ini. pending saat mengirim SMS merupakan hal yang sudah biasa bagi mahasiswa. Begitupun dengan sinyal televisi, tidak cukup dengan memasang antena televisi jika ingin mendapat siaran. Penduduk disini harus memasang TV kabel jika ingin menonton televisi dengan gambar yang bagus, kalaupun menggunakan antena televisi, antena itu harus dipasang ditempat yang sangat tinggi.

Jatinangor ramai dengan mahasiswa saat hari biasa, namun saat musim liburan tiba, Jatinangor terlihat lengang. Wajar... karena memang banyak pendatang di kawasan ini, sehingga jika liburan tiba mereka pulang ke daerahnya masing-masing. Saat musim mudik, Jatinangor sama sepinya, bahkan lebih sepi daripada hari-hari libur lainnya. Satu-satunya yang terlihat ramai ialah jalur alternatif dari Cileunyi menuju Sumedang yang kebetulan melintasi kawasan Jatinangor dan juga menjadi pilihan bagi pemudik yang menuju Malangbong Tasikmalaya, Kadipaten, Cirebon dan beberapa kota lainnya yang searah.

Perwajahan Jatinangor masih terus mengalami moderenisasi sampai saat ini, terbukti dengan semakin menjamurnya kost-kostan dan juga dengan dibangunnya apartemen-apartemen. Apakah suatu saat Jatinangor akan se-hiruk pikuk Bandung, dipenuhi bangunan pencakar langit seperti Jakarta, sangat dekat dengan pusat-pusat hiburan seperti di kota-kota besar? Entahlah, biarkan waktu yang menjawabnya...

0 komentar:

Posting Komentar