mobile.twitter.com |
Sebagian besar orang mempunyai
akun sosial media, termasuk saya. Karena seolah-olah dengan dunia pergaulan di
era ini, sosial media sudah menjadi kepunyaan primer bagi setiap orang
kebanyakan, terutama yang muda. Sekali lagi, itu termasuk saya. Saya mempunyai
beberapa akun media sosial yang kebanyakan orang punyai, namun saya juga tidak
mempunyai beberapa akun media sosial yang kebanyakan orang punyai.
Kebanyakan Teman-teman di
sekitarku, atau yang pernah disekitarku (paling tidak yang tinggal di negara
yang sama denganku) adalah pengguna
aktif sosial media, mereka berbagi apa yang mereka ingin bagi di akun sosial
media mereka, ya bisa dibilang mereka melakukannya dengan rutin. Namun saya
kurang suka dengan istilah “berbagi” dalam kasus ini, saya lebih suka
menggunakan “menampilkan”, ya mereka bisa dan akan menampilkan apapun, foto,
lokasi, kegiatan. Terdengar menyenangkan dengan segala kemudahan interaksi
berkat teknologi yang sangat pesat ini, Namun
tidak dengan saya. Saya bukan seperti mereka kebanyakan yang merupakan
pengguna aktif di sosial media, bahkan saya tidak mempunyai beberapa akun
sosial terbaru yang sedang mainstream saat ini. Mengapa? Saya mempunyai alasan
tersendiri.
Saya tidak naif, saya mengakui
saya tidak mempunyai “something extraordinary” yang mau saya tampilkan di
sosial media saya, namun bisa saja saya menampilkan hal “something usual” yang
biasa orang tampilkan di media sosial mereka,, Nah.. saya kurang suka melakukan
itu. Hahaha..
Namun dibalik semua itu saya
punya kegelisahan tersendiri yang membuat saya tidak “mencemplungkan” diri saya
sendiri kedalam “mainstream, social media world”. Dia status saya sekarang ini
sebagai pekerja kantoran, saya mempunyai kebiasaan yang saya ingin dan telah
saya lakukan di setiap akhir pekan, yaitu mengunjungi teman-teman saya dan saya
lebih suka melakukannya dengan personal, agar lebih personal, tetapi saya juga
tidak masalah jika melakukannya secara berkelompok, yang penting tatap muka,
berkomunikasi secara langsung. Satu-satunya yang menjadi perantara adalah udara
untuk menghantarkan gelombang suara kami.. cyeelaah..
Terus apa hubungannya dengan
sosial media?
Entah mungkin hanya ada dalam
pikiran dan logika saya saja atau bukan, tetapi saya merasa dengan segala
kemudahan mengetahui informasi mengenai seseorang, orang-orang mulai tidak
menyadari betapa istimewanya interaksi secara langsung, bertemu untuk saling
ingin mengetahui kabar terbaru masing-masing. Keindahan dari seni percakapan
berbobot yang panjang hingga tak terasa hari mulai gelap. Menurut saya
pertemuan secara langsung tidak lagi seindah jika kita sudah mengetahui detail
masing-masing melalui sosial media.
bersambung ke Part II
0 komentar:
Posting Komentar