Terbangun aku dari tidurku karena
pintu kamar kost ku diketuk oleh seseorang seraya memanggil namaku. Batinku bergejolak.
Apakah aku akan membukakan pintu untuknya atau kulanjutkan saya tidurku?. Ternyata
rasa penasaranku lebih besar daripada rasa kantukku. Kubukakan pintu... Ah Ternyata
seorang teman yang berasal dari kamar atas. Kutanyakan maksudnya, dan ia ternyata
ingin meminjam flash-disk ku. Langsung saja aku memberi pinjam punyaku
(flash-disk) setelah sebelumnya berusaha mencari-cari diantara barang-barang
dikamarku yang letaknya tak beraturan.
Kasur yang empuk kembali memanggil
diriku dan merayuku untuk tidur diatasnya. Aku tak kuasa menahan rayuannya. Selintas
aku teringat kejadian beberapa menit yang lalu tentang ketukan di pagi buta
seraya menggerutu, “wahai kawan, kau pikir ini pagi punyamu? Seenaknya saja
membangunkan aku dari tidur nyenyakku demi kepentinganmu.” Ah tapi sudahlah
lupakan saja,toh aku telah kembali tergoda pada rayuan kasur.
Baru saja kasurku yang bergambar-bulan-dengan-kucing-tidur-diatasnya
membelaiku, telepon genggamku berbunyi tanda ada SMS masuk. Dalam 15 menit
terakhir batinku telah bergejolak dua kali, dan kali ini, sekali lagi diantara
dua pilihan apakah beranjak dari kasur dan membuka SMS dari telepon genggamku
yang berada di sudut meja belajar ataukah mengabaikannya saja. Dan sekali lagi
rasa penasaranku memenangkan pertarungan batin ini. Kubuka isi SMS dan membaca
pesan yang berasal dari teman kampus yang bertuliskan:
“pagi kawan-kawan... ntar kita kumpul yuk untuk membicarakan
tugas kelompok, di kampus 2.2.8 ya pukul
09.00.”
Ya... sekali lagi kedamaian
pagiku terenggut oleh gangguan yang terduga. Memang, aku ini sekarang adalah
seorang mahasiswa yang akhir-akhir ini sering dilanda oleh tugas, baik induvidu
maupun kelompok, ahh mahasiswa.... nikmat namun berat.
Kuambil handuk hijauku dan
berjalan menuju kamar mandi. Disaat guyuran air membasahi kepalaku, aku sempat
menyesal dan bertanya-tanya: mengapa aku menanggapi SMS itu sementara aku bisa
menghiraukannya?. Karena denda, ya... karena denda, karena jika aku tidak
datang maka aku akan dikenai denda. Ya.. itulah perjanjian kelompok kami, jika
tidak ikut kumpul maka akan dikenai denda. 15 menit kemudian aku selesai mandi
dan bergegas sarapan. Cuaca pagi yang cerah dihiasi pemandangan Gunung Geulis
khas Jatinangor membuatku kembali tersadar—betapa indahnya dunia ini. Hanya ada
satu yang mengurangi keindahan pada pagi ini yaitu: aku tidak memakai
kacamata... seperti yang kalian tahu, jika seseorang mempunyai minus pada
matanya dan tidak memakai kacamata maka: everything
is burem without kacamata.
Angkutan kampus yang berbaris
menunggu dinaiki oleh mahasiswa menjadi pemandangan sehari-hariku. Aku tertarik
menaiki salah satunya yang berwarna merah. Setelah mobil (angkutan kampus) penuh,ia
pun berjalan. Satu persatu mobil yang kunaiki melewati tiap-tiap fakultas, satu
persatu juga mahasiswa telah sampai di fakultasnya. Tulisan FAKULTAS ILMU
KOMUNIKASI yang terpampang megah dan dihiasi tumbuh-tumbuhan menjadi patokanku
untuk segera turun dari mobil ini. Sekarang Jum’at, kampus berjalan seperti
biasanya namun lebih sepi. Memang, hanya sedikit kelas yang mengadakan kuliah
di hari ini. Pintu kaca otomatis terbuka saat aku mendekatinya seakan-akan menyuruhku
untuk masuk kedalamnya.
Terdapat lima gedung di fakultas
ini dan kali ini aku ingin memasuki gedung 2. Karena disanalah kami telah
sepakat untuk berkumpul. 2.2.8 sesuai yang tercatum pada SMS tadi pagi—itu berarti
gedung 2 lantai 2 ruang 8. Kulalui lorong yang sepi, hanya beberapa petugas
kebersihan saja yang ketemui.
Kumasuki ruangan yang telah
ditentukan. Saat kumasuki ruangan itu terlihat wajah-wajah setengah mengantuk
khas mahasiswa. Aku tidak tahu alasan mereka mengikuti ajakan SMS yang tentunya
sama dengan SMS yang aku terima pagi tadi, apakah mereka memang serius dengan
tugas kelompok ini ataukah mereka sama sepertiku yang takut dikenai denda?. Hanya
tuhan dan diri mereka masing-masing yang bisa menjawabnya.
Perundingan berjalan seperti
biasanya, rumit. Tetapi diriku hanya mengikuti arus perundingan. Yaaa karena
aku memegang peran yang tidak terlalu penting dalam kelompok itu. Setelah melalui
waktu yang membosankan tiba-tiba terdenagar suara azan berkumandang pertanda
solat Jum’at akan segera dimulai. Tergerak seluruh badanku untuk segera menuju
masjid kampus. Aku tak tahu apakah ini hanya sebuah kebiasaan ataukah hatiku
juga ikut bergerak.
13.00, itu adalah waktu yang
ditujukan saat ini. Dirikupun sekarang berada di sebuah ruangan besar yang
mampu menampung sebanyak 200 orang. Aku kelasku dan tiga kelas lain berada di ruangan ini untuk mengikuti kelas tambahan
suatu mata kuliah. Mahasiswa biasanya menyebut kelas yang diadakan sekarang
sebagai kelas nyampah . mengapa
disebut begitu? Karena kelas kali ini mengambil hari dimana mereka(mahasiswa)
tidak ada kuliah
Sampai saat ini aku masih
terganggu masih terganggu dengan penglihatanku ditambah dengan tidak memakai
kacamata yang seharusnya aku kenakan. Aku tahu mataku ini minus, dan saat ini
aku idak memakai kacamata, aku tidak bodoh... aku bukannya dengan sengaja tidak
memakai kacamata pada hari ini, tetapi karena kacamataku telah rusak. Menggantinya
butuh biaya yang lumayan besar, jadi ntar aja lah... toh untuk dua minggu
kedepan tidak ada kuliah karena kampus sedang mengadakan minggu tenang sebelum
diselenggarakan ujian akhir semester (UAS)
“Percetakan in Love 2: everything is burem without kacamata”
adalah judul untuk kisah ini. Love....? lalu dimana romantisnya?...
To be continued...
0 komentar:
Posting Komentar